Pada malam 23 September 2025, saat berpartisipasi dalam KTT Concordia, yang diadakan di sela-sela pertemuan Majelis Umum PBB, Presiden Suriah membenarkan negosiasi rezimnya dengan entitas Yahudi dengan mengatakan, “Ada perbedaan antara negara-negara yang menandatangani Perjanjian Abraham dengan (Israel) dan Suriah. Negara-negara ini bukan tetangga (Israel), dan mereka juga tidak memiliki wilayah pendudukan seperti Suriah.” Jadi, ia membenarkan pengkhianatannya, alih-alih menyatakan perang terhadap entitas Yahudi, yang menyerangnya setiap hari bahkan ia sama sekali tidak ingin lawan, meskipun mereka terus memerangi negaranya.
Ia mengatakan bahwa kita tidak ingin terlibat dalam pertempuran dengan entitas Yahudi, dan kita harus menemukan cara untuk hidup berdampingan di antara warga Suriah dan mereka. Entitas Yahudi telah melakukan sekitar 400 serangan darat, menangkap warga sipil, dan lebih dari 1.000 serangan dalam beberapa bulan terakhir, mengebom istana presiden dua kali, dan masih menduduki Dataran Tinggi Golan. Ia berkata, “Ini adalah deklarasi perang, namun Suriah tetap memilih sikap diam.” Hal ini serupa dengan justifikasi Abbas yang telah memilih perdamaian dan tidak menginginkan perang dengan entitas Yahudi.
Al-Julani membenarkan pengkhianatan dan kegagalannya dengan mengatakan, “Suriah berusaha menghindari perang karena sedang dalam tahap pembangunan.” Ia membayangkan bahwa tahap pembangunan mengharuskan penyerahan diri kepada musuh dan tetap diam tentang kehancuran Suriah yang mereka alami setiap hari.
Sungguh sikapnya ini tidak akan mencapai tujuannya, karena entitas Yahudi akan menghancurkan semua yang ia bangun jika ia tidak menyerahkan Dataran Tinggi Golan kepada entitas Yahudi, bahkan entitas Yahudi akan menjadikan Suriah selatan, hingga pinggiran Damaskus, wilayah yang diizinkan baginya dengan kedok zona aman dan penyangga. Dengan kebijakan dan sikapnya ini, al-Julani lebih memilih hidup terhina daripada bermartabat dan ingin membuat rakyat hanya memikirkan makan, minum, membangun rumah, mengaspal jalan, dan hal-hal remeh semacam itu.
Padahal semua orang tahu bahwa terwujudnya pembangunan dan martabat adalah dengan melindungi negara dari musuh, yang pertama dan terutama, juga mengalahkan mereka, dan mengusirnya. Allah SWT telah memerintahkan kita untuk memerangi musuh ketika mereka menyerang negeri, bahkan Rasulullah saw. Bersabda:
«مَا تَرَكَ قَوْمٌ الْجِهَادَ إلاّ ذُلّوا»
“Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad kecuali mereka akan dihinakan.”
Sehingga berperang sejak hari pertama, akan mampu membangun negara serta memaksakannya kepada semua orang, dan semua orang mulai takut serta tunduk padanya, sehingga Suriah menjadi negara terbesar dan terkaya di dunia. Mengalahkan musuh dan membebaskan Palestina akan membangun Suriah menjadi negara besar berlandaskan Islam (hizb-ut-tahrir.info, 24/9/2025).
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat