Prancis Tolak Minta Maaf atas Kekejiannya di Aljazair, Pengamat: Cermin Kejahatan dan Kebusukan Kapitalisme

Mediaumat.news – Presiden Prancis Emmanuel Macron, menyatakan pemerintahannya tidak akan menyampaikan permintaan maaf atas kekejian yang terjadi saat mereka menjajah Aljazair. Menurut Pengamat Politik Internasional Farid Wadjdi, hal itu menunjukkan kejahatan dan kebusukan ideologi kapitalisme.

“Ketidaksediaan Presiden Prancis Macron untuk mengakui kejahatan Prancis di Aljazair yang sudah menjajah negeri itu selama lebih kurang 132 tahun, jelas ini menunjukkan kebusukan dari sistem kapitalisme yang menjadi dasar dari kolonialisme Prancis pada saat itu ya,” ujarnya kepada Mediaumat.news, Sabtu (21/01/2021).

Terkait ini Farid mengatakan ada tiga hal penting. Pertama, ini disebut kebusukan karena mereka tidak pernah menganggap nyawa manusia itu sebagai suatu hal yang berharga dan penting. Dalam pandangan kapitalisme menumpahkan nyawa manusia untuk kepentingan ekonomi, bisnis seolah tidak ada masalah.

Sebagai contoh, kata Farid, pada abad ke-19 Prancis mengirimkan tengkorak 37 pejuang perlawanan untuk disimpan di Museum of Mankind di Paris. Aljazair telah menuntut pengembalian tengkorak tersebut sejak 2011 untuk penguburan mereka, namun permintaan itu ditolak oleh Prancis. Dan selama perjuangan kemerdekaan, lebih dari 1,5 juta warga Aljazair terbunuh, sementara ratusan ribu lainnya terluka, hilang atau diusir dari rumah mereka.

Ia menilai penjajahan ini tidak berhenti ketika era kolonialisme selesai, penjajahan kapitalisme sesungguhnya masih berlanjut hingga sekarang ini. Maka tidak heran kalau melihat Amerika, Inggris yang melakukan pembunuhan misalnya di Irak, tapi tidak menganggap itu sebagai sebuah kejahatan. “Jelas ini menunjukkan kejahatan dan kebusukan ideologi kapitalisme,” tegasnya lagi.

Kedua, sikap Macron ini membuktikan arogansi negara-negara penjajah  pengusung ideologi kapitalisme, untuk menunjukkan seolah-olah yang mereka lakukan itu selalu benar dan tidak ada masalah. Dan arogansi tersebut masih berlangsung hingga saat ini.

“Kita lihat bagaimana mereka mendukung penjajah Israel, meskipun nyata-nyata penjajah Israel itu telah membunuh rakyat sipil dan menghancurkan rumah-rumah di Palestina,” ucapnya.

Ketiga, dan terpenting kata Farid, adalah bagaimana penguasa-penguasa negeri Islam seharusnya menjadikan Prancis, Amerika, Inggris yang telah menjajah negeri kaum Muslimin dan masih melakukan kejahatannya hingga saat ini sebagai musuh. Kemudian umat Islam dan penguasa negeri Islam bukan sekadar menuntut permohonan maaf, tapi menolak secara total ideologi kapitalisme yang diusung Prancis dan negara Barat lainnya, hingga saat ini pasca era kolonialisme.

“Karena sungguh tidak masuk akal ideologi penjajah yang menjadi dasar dari pembunuhan dan perampokan harta umat Islam itu diadopsi bahkan dielu-elukan, di sisi lain mengkriminalkan dan menolak syariah Islam,” pungkasnya.[] Agung Sumartono

Share artikel ini: