Praktisi: MBG Banyak Masalah, Cerminan Sistem Rusak

 Praktisi: MBG Banyak Masalah, Cerminan Sistem Rusak

MediaUmat Banyaknya masalah yang ditimbulkan oleh kebijakan Makan Bergizi Gratis (MBG), menurut Praktisi Pendidikan Abdullah Makhrus, menunjukkan cermin sistem kapitalisme yang rusak.

“Masalah-masalah yang muncul dalam program seperti Makanan Bergizi Gratis (MBG), mulai dari adanya nampan yang diduga mengandung minyak babi, kasus keracunan, hingga potensi korupsi, sejatinya bukan hanya persoalan teknis. Ini adalah cerminan dari sistem rusak yang sedang diterapkan di negeri ini, yaitu sistem kapitalisme sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan,” ujarnya kepada media-umat.com, Jumat (3/10/2025)

Dalam sistem seperti ini, kata Makhrus, orientasi kebijakan bukanlah untuk memberikan pelayanan terbaik kepada rakyat karena Allah, melainkan lebih sering didorong oleh kepentingan politik dan ekonomi tertentu.

“Maka tak heran jika dalam implementasinya terjadi berbagai penyimpangan, bahkan hal-hal yang sangat mendasar seperti kehalalan makanan pun bisa diabaikan,” ungkapnya.

Ia pun mengulas beberapa dari sekian banyak masalah terkait MBG. Pertama, soal nampan yang diduga mengandung minyak babi. Menurut Makhrus, ini adalah persoalan penodaan terhadap syariah Islam.

Pasalnya, jelas Makhrus, makanan yang dikonsumsi umat Islam wajib halal dan thayyib (baik). Jika alat makan mengandung najis seperti minyak babi, maka makanan yang disajikan otomatis menjadi syubhat, bahkan haram.

“Ini menunjukkan kelalaian negara dalam memastikan kehalalan seluruh rantai penyajian makanan,” tegas Makhrus.

Dalam sistem Islam, jelasnya, negara berkewajiban menjaga akidah dan syariah umat, termasuk dalam hal makanan. Tidak akan mungkin barang haram seperti ini bisa masuk tanpa pengawasan ketat dari qadhi hisbah [hakim yang memutuskan perkara-perkara pelanggaran hak-hak publik] dan lembaga negara yang benar-benar menjaga halal-haram,” tegasnya.

Kedua, soal keracunan dan keamanan makanan. Menurutnya, ini juga menunjukkan standar keamanan pangan dalam sistem kapitalis sering kali diabaikan. Yang dikejar hanyalah target politik, bukan keselamatan dan kemaslahatan rakyat.

Dalam Islam, jelasnya, nyawa seorang Muslim sangat berharga. “Hilangnya dunia lebih ringan bagi Allah daripada terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak,” ujarnya mengutip hadits riwayat Imam an-Nasa’i.

Maka, tegasnya, pemerintah Islam tidak akan pernah membiarkan rakyatnya mendapatkan makanan tanpa standar yang ketat dan pengawasan yang jelas.

Ketiga, potensi korupsi. Makhrus menilai ini adalah penyakit sistemik dari sistem demokrasi kapitalistik. Selama jabatan bisa dipakai untuk memperkaya diri dan tidak ada pertanggungjawaban syar’i, maka korupsi akan terus berulang, meskipun programnya bagus di atas kertas.

“Dalam sistem khilafah islamiah, penguasa adalah pelayan umat, bukan penguasa yang mengambil keuntungan. Khalifah dan pejabatnya diawasi oleh mahkamah madzalim [hakim yang memutuskan perkara kedzaliman penguasa], dan kekayaan negara diaudit dengan ketat. Jika terjadi korupsi, maka hukuman yang tegas akan dijatuhkan sesuai hukum syariah,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *