Piagam Juli: Proyek Sekuler dan Pengkhianatan terhadap Rakyat Bangladesh

 Piagam Juli: Proyek Sekuler dan Pengkhianatan terhadap Rakyat Bangladesh

Usulan Komite Konsensus Nasional untuk mengeluarkan perintah eksekutif guna menerapkan Piagam Nasional Juli (reformasi konstitusi) dan mengadakan referendum berdasarkan perintah tersebut, telah memicu perpecahan tajam di antara partai politik dan pakar hukum mengenai dasar konstitusionalnya. Perselisihan ini berkisar pada dua poin utama, yaitu pertama secara politis, apakah perintah tersebut harus dikeluarkan oleh presiden atau penasihat utama pemerintah sementara, dan kedua secara hukum, apakah perintah dan referendum semacam itu dimungkinkan berdasarkan kerangka konstitusional yang ada saat ini.

**** **** ****

Komisi Konsensus Nasional telah gagal menyelesaikan perpecahan terkait Piagam Nasional bulan Juli, alih-alih mengungkap kelemahan fundamentalnya. Piagam tersebut, bukannya menyatukan Bangladesh, justru merupakan dokumen yang memecah belah dan mengkhianati rakyat Bangladesh. Piagam tersebut lebih berfokus pada reformasi struktural demokrasi dan tata kelola pemerintahan, seolah-olah rakyat Bangladesh menumpahkan darah mereka melawan Hasina demi reformasi demokrasi!

Pembukaan Piagam tersebut menyerukan kehendak rakyat selama pemberontakan rakyat, tetapi secara terang-terangan tidak menyebutkan sedikit pun terkait Islam, yang merupakan inti identitas bangsa Bengali. Sungguh ini merupakan bentuk pemalsuan sejarah, dengan menggambarkan pemberontakan sebagai proyek sekuler semata dan mengaburkan fakta bahwa motivasi utamanya adalah aspirasi pemuda dan massa untuk menggulingkan rezim despotik dari perspektif Islam.

Hal ini menegaskan bahwa piagam tersebut hanyalah alat di tangan pemerintah sementara yang didukung Barat untuk membasmi keberadaan politik yang berkarakter Islam dari ruang publik. Piagam ini mengirimkan pesan yang jelas dan mengerikan: Jika Anda ingin berpartisipasi dalam politik, maka Anda harus meninggalkan identitas Islam Anda yang autentik demi versi sekuler yang dapat diterima oleh Barat dan negara!

Perselisihan politik yang terjadi saat ini hanyalah gejala dari disfungsi struktural yang mendalam. Politik sekuler di Bangladesh memiliki sejarah panjang perpecahan dan kegagalan. Hal ini telah mereduksi pemerintahan menjadi perebutan kekuasaan, perlombaan sengit antar individu ambisius, di mana perdebatan tidak lagi berkisar pada tujuan atau nilai-nilai pemerintahan, melainkan mekanisme dan bentuknya. Perdebatan seputar Piagam Juli bukanlah diskusi tentang visi nasional, melainkan konflik antar elit tentang siapa yang duduk di pucuk pimpinan meja yang justru akan menghancurkan dirinya.

Penggulingan Hasina memang diperlukan, tetapi pengkhianatan pemerintah sementara, kelicikan dan inkompetensi partai-partai politik sebelumnya, mengungkap kebenaran yang lebih dalam, yaitu bahwa masalah kita bukanlah di pemerintahan, melainkan sistemnya sendiri. Bangladesh tidak membutuhkan pemerintahan baru, tetapi membutuhkan sistem baru. Kita tidak bisa terus-menerus menerapkan tambalan demokrasi yang gagal pada luka yang membutuhkan perawatan radikal. Bangladesh mendambakan sistem politik alternatif, sistem pemerintahan alternatif, kepemimpinan alternatif, dan cara hidup alternatif. Rakyat sudah muak dengan janji-janji kosong rezim sekuler yang menempatkan kekuasaan di atas segalanya sehingga mengabaikan kepentingan rakyat.

Sudah saatnya kita bergerak meninggalkan ilusi demokrasi ini. Perubahan sejati yang kita cita-citakan tidak akan tercapai melalui klausul-klausul piagam yang korup atau di gedung-gedung parlemen sekuler, melainkan melalui penerapan sistem yang menyatukan kita di bawah panji akidah kita, sistem yang didasarkan pada keadilan ilahi, belas kasih sejati, dan kepemimpinan yang melayani rakyat, bukan dirinya sendiri. Bangladesh tidak sedang menantikan partai sekuler baru, melainkan perubahan sejati, yang hanya dapat dicapai dengan menegakkan Khilafah Rasyidah ‘ala minhājin nubuwah. Inilah piagam sejati dan satu-satunya masa depan yang menjanjikan pembebasan dan kehormatan. [] Irtidha’ Chaudhry – Wilayah Bangladesh

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 7/11/2025.

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *