PHK Massal, Realitas Kapitalisme yang Ganas dan Merusak

MediaUmat Pengamat Politik dan Media Hanif Kristianto menyatakan PHK massal di Indonesia adalah fenomena yang memperlihatkan realitas kapitalisme yang ganas dan merusak.

“Ini adalah fenomena yang memperlihatkan realitas ya, kapitalisme yang begitu ganas dan juga merusak,” tegasnya dalam Kabar Petang: Viral Video PHK PT Gudang Garam, Janji 19 Juta Lapangan Kerja Disorot, Ahad (7/9/2025) di kanal YouTube Khilafah News.

Menurut Hanif, kapitalisme liberal itulah menjadi penyebab pekerja ini sering dianggap sebagai komponen biaya, dalam neraca keuangan bukan sebagai subyek pembangunan.

Kemudian, ungkapnya, saat profit turun, atau biaya naik yang pertama dipangkas biasanya adalah tenaga kerja, “Tenaga kerja ya, bukan keuntungan pemilik modal,” tambahnya.

Pada akhirnya, lanjut Hanif, tenaga kerja inilah yang sering menjadi korban, “Makanya wajar kalo tuntutan-tuntutan buruh ya ataupun pekerja itu adalah ya kesejahteraan dan juga kenaikan gaji,” ucapnya.

Sisi Lain Kapitalisme

Selain tenaga kerja dalam kapitalisme sering menjadi korban, jelasnya, sisi lain kapitalisme di Indonesia ini bercorak oligarkis.

“Kepentingan segelintir pemilik modal, lebih dilindungi ketimbang hak jutaan pekerja,” mirisnya.

Lalu, tambahnya, dalam bingkai kapitalisme pada fenomena PHK massal ini, bukan sekadar kejadian ekonomi, tapi juga refleksi relasi kuasa dalam sistem kapitalis demokrasi.

Karena alih-alih ada tuntutan-tuntutan buruh dan sebagainya itu, sambungnya, malah muncul ungkapan-ungkapan pejabat yang seolah merendahkan rakyat dan kurang etis.

“Misal kalau ingin kaya jangan jadi guru ya, ataupun istilah-istilah yang kemarin ya sebutan yang kurang etis misalnya tolol, dan sebagainya kepada rakyat di negeri ini,” jelasnya.

Ini, lanjut Hanif, menunjukkan ada sesuatu hal yang harus dibenahi terlebih dahulu, yaitu penguasa.

“Ya penguasa itulah, yang sebenarnya harusnya mewujudkan kesejahteraan itu gitu loh, bukan menyalahkan satu profesi ya,” tuturnya.

Kemudian, Hanif menutupnya dengan sindiran kalimat, dari penguasa yang bisa jadi merendahkan lagi.

“Kalau mau kaya, jangan jadi buruh gitu loh ya, atau ada guyonan kalau mau kaya, ya juallah batu bara jangan jual batu bata, kan begitu ya, lama kayanya,” sindirnya.[] Nandang Fathurrohman

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: