Pesan Utama Haji, Meneladani Nabi Ibrahim dan Keluarganya

MediaUmat – Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) menyatakan pesan utama ibadah haji adalah meneladani yang dilakukan Nabi Ibrahim as dan keluarganya.
“Pertama dan utama bahwa ibadah haji sebagaimana juga umrah itu adalah satu ibadah yang jelas sekali pesannya itu bagaimana meneladani apa yang pernah dilakukan oleh Nabi Allah Ibrahim as dan keluarganya,” ujar UIY dalam Focus to The Point: Haji yang Hentikan Korupsi, Bagaimana? di kanal YouTube UIY Official, Kamis (5/6/2025).
Tentu saja, jelas UIY, meneladani (uswatun hasanah) tentang menjadi hamba Allah sejati. Beriman kepada Allah dengan keimanan yang penuh dan keimanan itu kemudian terwujud di dalam ketaatan yang paripurna.
“Taat kepada Allah dengan taat setaat-taatnya apa pun perintah Allah. Meskipun perintah itu tampak sekilas tidak masuk akal ya, meninggalkan anak istri itu di lembah yang tak berpenghuni,” tegasnya.
Tauhid
Menurut UIY, pelajaran paling penting tauhid itu harus ditangkap dan itu pula yang semestinya didapat di dalam perenungan saat jamaah haji itu wukuf di Arafah.
“Kita tahu bahwa puncak ibadah haji itu kan wukuf. Alhajju Arafah. Dan apa yang dilakukan oleh jamaah haji ketika wukuf? Enggak ada yang dilakukan dalam pengertian tidak ada di situ kewajiban untuk melakukan sesuatu kecuali mereka memang berdiam di situ,” jelasnya.
Itu dan ketika diam itulah, ucapnya, justru harus bisa menangkap spirit penting dari ibadah haji, yaitu tauhid.
Kemudian UIY mengkritisi Indonesia sebagai negeri yang banyak sekali paradoksnya.
“Jamaah hajinya paling banyak tapi sekaligus korupsi juga paling banyak gitu. Yang melakukan korupsi sebagainya itu adalah mereka-mereka yang sudah pergi haji,” kritiknya.
UIY mempertanyakan lalu di mana itu spirit tauhidnya yang mestinya dia dapat dari ibadah haji itu.
Al-Mahabatul Ulya
UIY menceritakan Nabi Ibrahim as itu mempertontonkan kepada kaum Muslim atau memberikan teladan tentang al-mahabatul ulya (kecintaan yang tinggi).
“Kecintaan yang tinggi. Yaitu kecintaan kepada Allah SWT lebih dari apa pun! Lebih dari apa pun!” tegasnya.
Dan Allah sudah ingatkan sebut UIY bahwa kaum Muslimin bisa menjadikan apapun itu sebagai andada (sekutu ataupun tandingan Allah SWT). “Itu bisa keluarga, bisa harta benda, jabatan, pangkat, bisa sawah ladang dan sebagainya,” jelas UIY.
UIY menandaskan, Nabi Ibrahim menunjukkan tidak begitu. Dia sangat cinta kepada keluarganya. Dia sangat cinta kepada anaknya.
“Tapi dia tahu bahwa keluarga dan anak ini datang dari Allah SWT. Maka dia tidak akan pernah melupakan muasal dari semua yang dicintai itu adalah Allah,” pungkasnya.[] Muhammad Nur
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat