Mediaumat.id – Sejumlah persoalan di balik rutan KPK, dari penyelundupan, pungli, hingga pelecehan istri tahanan, membuktikan hukum yang diterapkan saat ini adalah hukum kriminal.
“Itu bukti bahwa hukum ini hukum kriminal,” tegas Direktur Pusat Analisis Kebijakan Strategis (PAKTA) Dr. Erwin Permana kepada Mediaumat.id, Senin (26/6/2023).
Menurutnya, orang yang dihukum itu justru semakin menumbuhsuburkan kriminalitas. Bukan hukum itu untuk mencegah kriminalitas, menciptakan keadilan, justru hukum itu menumbuhsuburkan kriminalitas.
“Itu faktanya, lembaga yang harusnya membentuk mental, mendidik para tahanan, para kriminal, justru tidak dilakukan,” ujarnya.
Erwin menilai lembaga itu kotor. Ibarat sapu yang membersihkan itu sapu kotor. Tempatnya itu tempat berlumpur. “Jadi, ini mengerikan sekali kondisinya dan patut kita sayangkan apa yang dilakukan oleh aparat-aparat penegak hukum ini,” katanya.
Materialistis
Erwin mengatakan, semua lembaga negara tidak ada yang mulus dari kejahatan internal lembaganya dan yang terbaru sampai ada kasus Rutan KPK karena semuanya sudah serba materialistis. “Mata duitan semua aparatnya. Mulai dari tukang sapunya, satpamnya, sampai kepada pimpinannya lebih rakus lagi,” ungkapnya.
Menurutnya, memang ada satu dua yang bersih. “Kita tidak menutup mata juga ada satu dua yang jujur, yang lurus, yang takut hidup ini bakal mati. Tapi jumlahnya kan nggak banyak. Sedikit aja itu. Ini sudah serba kapitalistik. Semua itu sudah materialistis,” bebernya.
“Bagaimana kalau misalnya orang yang gila materi itu bertemu dengan orang yang nyogok. Tentu dia akan terima. Kalau enggak ada orang yang nyogok saja dia nyari-nyari, dia nawar-nawarin hukum, dia melakukan negosiasi transaksi hukum, apalagi ada yang nawarin,” tambahnya.
Akhirnya kemudian, kata Erwin, yang terjadi ada yang jual narkoba, jual beli hukum, termasuk juga berkaitan dengan kriminalitas terhadap istri tahanan.
“Itu kan pandangan hidup dan liberalisme, hedonisme, menjadikan tolak ukur kenikmatan itu padahal yang bersifat jasadiah. Tidak mengenal aspek kebahagiaan moral, kebahagiaan ruhiah itu enggak mengenal mereka. Karena paradigma kehidupan yang sudah berurat dan berakar adalah paradigma kehidupan liberalisme, sekularisme, materialisme,” paparnya.
Ganti Sistem
Erwin menuturkan, agar ke depannya negara dan semua lembaganya tidak rentan dari kejahatan pejabatnya sendiri harus dimulai dengan mengganti sistemnya.
“Dimulai dari mengganti sistemnya, ideologinya. Masyarakat memang harus sadar dulu bahwa ideologi negeri ini bermasalah. Begitu masyarakat sadar maka semuanya harus sadar termasuk juga aparat-aparatnya harus sadar masalahnya adalah ada pada ideologi,” ungkapnya.
Begitu ideologinya berubah, kata Erwin, misalnya ideologi sekuler berubah menjadi ideologi Islam, maka semua akan berubah dengan sendirinya, hukum-hukumnya, cabang-cabangnya akan berubah dengan sendirinya.
“Aparat-aparatnya akan menjadi aparat yang lurus. Kalau mereka enggak lurus diganti dengan yang lain. Akan tumbuh generasi-generasi yang lebih baik dibandingkan orang-orang yang enggak berguna sekarang ini,” jelasnya.
Jadi, lanjut Erwin, hanya begitu jalannya. Kalau masih kondisi sekarang enggak akan ada harapan akan baik hukumnya, akan baik sistemnya, akan ada tercipta keadilan, kemakmuran. “Jauhlah itu,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it