MediaUmat – Jangan berhenti pada seremoni cinta Rasulullah SAW, dr. Salman Faris dari Healthcare Professional for Sharia (HELP-S) menyatakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW harus menjadi energi ideologis bagi umat untuk menyatukan barisan, menegakkan kembali khilafah, dan mengembalikan Islam sebagai peradaban agung yang akan kembali memimpin dunia.
“Peringatan Maulid Nabi SAW tahun ini tidak boleh berhenti pada seremoni cinta Rasul. Ia harus menjadi energi ideologis untuk menyatukan umat, menegakkan kembali khilafah, dan mengembalikan Islam sebagai peradaban agung yang akan memimpin dunia,” tegasnya dalam Peringatan Maulid Nabi SAW 1447 H: Satu Risalah, Satu Umat, Satu Tujuan, Ahad (21/9/2025) di Masjid Qalbun Salim, Mataram.
Pasalnya, tegas Salman, teladan Rasulullah SAW meniscayakan persatuan umat yang hanya bisa diwujudkan melalui kewajiban menegakkan khilafah, sebagaimana ijma’ ulama muktabar dan demi mengakhiri perpecahan akibat nation-state (negara bangsa) dan dominasi Barat.
“Para ulama telah berijma’ bahwa mengangkat khalifah hukumnya wajib. Umat tidak boleh puas hanya dengan simbol persatuan, tapi harus mewujudkan persatuan hakiki di bawah kepemimpinan Islam. Inilah jalan satu-satunya untuk mengakhiri perpecahan akibat nation-state dan dominasi Barat atas negeri-negeri Muslim,” ungkapnya.
Salman juga menekankan bahwa persatuan umat harus ditopang empat kaidah utama: keterikatan hati dengan cinta Islam, keterikatan amal dengan dakwah dan jihad, keberanian bersikap politik tanpa ragu, serta keyakinan penuh pada pertolongan Allah.
“Keterkaitan hati dengan cinta Islam, keterikatan amal dengan dakwah dan jihad, keberanian mengambil sikap politik tanpa ragu, serta keyakinan bahwa kemenangan datang dari pertolongan Allah,” paparnya.
Ia mengingatkan, realitas umat Islam saat ini menunjukkan dampak buruk nation-state, dan khilafah adalah solusi syar’i-nya.
“Selama umat Islam terkungkung dalam kerangka nation-state, perpecahan dan kelemahan akan terus terjadi. Persatuan hanya akan tegak di bawah khilafah, sebagaimana telah diteladankan Rasulullah SAW dan diakui sebagai ijma’ ulama,” tegasnya.
Senada dengan Salman, Pimpinan Majelis Taklim Al-Iskandary Lombok Tengah Ustadz Muhammad Rozy Iskandar, M.Pd.I. menyatakan momentum Maulid ini wajib dijadikan titik balik menuju peradaban Islam, sekaligus kebutuhan nyata umat Islam hari ini.
“Momentum Maulid ini wajib dijadikan titik balik menuju peradaban Islam, sekaligus kebutuhan nyata umat Islam hari ini,” tegasnya dalam acara yang sama.
Menurut Rozy, peradaban Islam memiliki dasar pandangan hidup yang khas, sebagaimana didefinisikan Syekh Taqiyuddin an-Nabhani, sehingga berbeda total dari peradaban kufur seperti kapitalisme dan sosialisme.
“Syekh Taqiyuddin an-Nabhani mendefinisikan peradaban (hadharah) sebagai kumpulan pandangan hidup yang membentuk cara pandang manusia terhadap kehidupan. Dari sinilah Rasulullah membangun peradaban yang berbeda dengan peradaban kufur,” jelasnya.
Peradaban Islam, tegasnya, hanya bisa tegak bila ditopang aqidah, ideologi, dan sistem politik Islam, yang meniscayakan keberadaan khilafah.
“Mulai dari akidah islamiah sebagai pondasi amal, ideologi Islam yang sempurna, hingga sistem politik yang menegaskan kedaulatan milik syariah, kekuasaan berada di tangan umat, dan wajibnya keberadaan khalifah,” urai Rozy.
Menurutnya, Rasulullah SAW telah mencontohkan bahwa kebangkitan Islam nyata diwujudkan sejak di Madinah, ketika dakwah berujung pada tegaknya sistem Islam dalam kepemimpinan yang menyatukan umat.
“Peradaban Islam tidak sekadar teori, tetapi pernah tegak secara nyata di tengah umat manusia. Rasulullah telah mencontohkan bahwa dakwah harus berujung pada tegaknya sistem Islam dalam kepemimpinan yang menyatukan umat,” pungkasnya.[] Zainard
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat