Peringatan Kemerdekaan, Momentum Umat Pelajari Islam Kaffah

Mediaumat.info – Sudah saatnya peringatan hari kemerdekaan menjadi momentum bagi umat untuk mempelajari Islam secara kaffah (keseluruhan). “Sudah saatnya mempelajari Islam secara kaffah,” ujar Jurnalis Joko Prasetyo kepada media-umat.info, Sabtu (17/8/2024).

Menurut jurnalis yang akrab disapa Om Joy tersebut, secara kaffah di sini adalah mempelajari Islam hingga ke masalah ideologi, pemerintahan, politik, ekonomi, pendidikan, pergaulan, hubungan luar negeri dan lainnya.

Pasalnya, meski penjajahan secara militer sudah reda namun secara non militer, umat harusnya juga memahami bahwa sampai sekarang negeri ini sebenarnya masih dijajah. “Secara non militer sampai detik ini kita masih dijajah,” tandasnya.

Karena itu, di samping bersyukur atas nikmat merdeka dari penjajahan militer, umat juga harus tetap berjuang meneruskan perjuangan para sultan, ulama dan santri seperti halnya di masa penjajahan militer, untuk melawan penjajahan non militer yang masih berlangsung hingga saat ini.

Bahkan, sebagaimana diketahui bersama, penjajahan nonmiliter saat ini semakin mencengkram di berbagai bidang. Mulai dari ideologi, politik, ekonomi, pendidikan, pergaulan, pemerintahan, hiburan, hubungan internasional, dsb.

Bukan tanpa dasar, tambahnya, Allah SWT telah mewajibkan kaum Muslim untuk menerapkan syariat Islam secara kaffah, haram kalau hanya setengah-setengah. Apalagi sampai mempersekusi dan mengkriminalisasi dakwah penerapan syariat Islam secara kaffah, lebih haram lagi.

Ia menambahkan, umat akan benar-benar merdeka secara hakiki bila di semua bidang kehidupan tersebut hanya diatur dengan aturan Islam. “Selama diatur pakai aturan buatan manusia, apalagi pada faktanya ternyata manusia yang membuatnya adalah kafir penjajah, sudah barang tentu kita belumlah merdeka,” tegasnya lagi.

Evaluasi Ritual Perayaan

Kata Om Joy lebih lanjut, sudah saatnya pula umat mengevaluasi ritual tahunan perayaan kemerdekaan misalnya, apakah dapat membuat umat sadar atau tidak terhadap realitas bahwa mereka masih terjajah secara nonmiliter.

Semisal perayaan dengan makan kerupuk sambil berdiri dan tak boleh menggunakan tangan. Selain menyalahi adab Islam dalam hal tata cara makan, lomba ini ia ragukan mampu menyadarkan terhadap penjajahan di berbagai bidang kehidupan umat.

Tak hanya itu, lomba panjat pinang dengan memperlihatkan pusar dan paha untuk memperebutkan harta secuil, juga ia ragukan akan membuat umat kompak melawan penjajahan di bidang ekonomi.

Begitu juga sepak bola bapak-bapak dengan mengenakan daster istrinya masing-masing, malah bisa dipastikan tidak akan bisa menyadarkan bangsa ini terhadap kewajiban memperjuangkan tegaknya syariat Islam secara kaffah.

Terlebih seputar perlombaan tarik tambang, yang ia pandang jauh dari konteks menarik kembali kepemilikan tambang emas, minyak bumi, batu bara, dsb., yang kini dirampok habis-habisan oleh kafir penjajah dan oligarki, menjadi milik rakyat secara umum.

Namun yang tak kalah pentingnya dari itu semua adalah masyarakat harus memahami bahwa merayakan berdirinya negara bangsa, dengan dasar sekularisme dan sistem yang diterapkan adalah buatan manusia merupakan perbuatan yang sangat diharamkan karena sama saja dengan merayakan tegaknya ikatan dan sistem kufur.

Maka itu sebagaimana dipaparkan sebelumnya, ia pun kembali mengajak umat untuk tak hanya mempelajari seputar ibadah mahdhah tetapi juga Islam secara kaffah. “Bila hanya ibadah mahdhah saja yang dipelajari, apalagi ibadah mahdhah juga ogah, maka sampai kiamat pun kita tidak akan pernah merdeka secara hakiki,” pungkasnya. [] Zainul Krian

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

 

Share artikel ini: