MediaUmat – Pengamat Timur Tengah Iranti Mantasari mengatakan konflik saling rudal antara Israel-Iran sejatinya bukan atas nama Palestina.
“Konflik yang terjadi antara Iran dan Israel, itu sejatinya bukan atas nama Palestina ya,” tuturnya kepada media-umat.com, Ahad (29/6/2025).
Menurutnya, hal ini harus clear (jelas) dulu bahwasanya apa yang dilakukan Israel yang menyerang Iran, itu bukan semata karena Iran selama ini menunjukkan keberpihakannya kepada Palestina. Bukan juga Iran melakukan serangan kepada Israel karena Israel melakukan genosida kepada Palestina, tetapi lebih kepada Iran hanya sedang berusaha mempertahankan diri karena serangan dari Israel.
“Maka yang saya bisa lihat, ini adalah sebetulnya lebih kepada permainan isu lama di kawasan Timur Tengah yang dalam hal ini maksudnya adalah perang pengaruh saja antara Israel yang notabene merupakan representasi dari Barat di kawasan Timur Tengah dengan Iran yang memang dijadikan sebagai rival atau bahkan ancaman oleh Barat itu sendiri,” ujarnya.
Tiga Hal yang Diinginkan Israel
Iranti juga menyebutkan tiga hal yang diinginkan Israel sehingga merudal Iran duluan. pertama, dalam rangka mengantisipasi serangan atau ancaman yang sangat mungkin terjadi oleh Iran dari senjata nuklirnya. Israel ini merasa bahwasanya ancaman Iran kepadanya itu sangat nyata.
“Padahal jika kita kembalikan lagi ke realitas politik yang sedang terjadi di Timur Tengah yang sedang panas, tidak ada ancaman yang signifikan yang diberikan oleh Iran kepada eksistensi Israel hari ini dalam status quo,” tepisnya.
Kedua, isu yang dimainkan bahwa Israel ini sedang berusaha untuk menghancurkan program nuklir Iran. Jika dicermati, ini alasannya mirip sekali dengan alasan Amerika Serikat pada tahun 2003 untuk melegitimasi agresi militernya terhadap Irak. Irak dituduh dengan kebohongan dari Amerika itu sebagai negara yang mengembangkan senjata nuklir atau weapons of mass destruction (senjata pemusnah massal). Sehingga AS dengan asumsi kebohongannya sendiri itu melegitimasi serangannya kepada Irak.
Padahal pada faktanya, kata Iranti, hingga saat ini belum ada yang bisa memastikan secara 100 persen apakah Iran ini mengembangkan nuklir itu sebagai weapons of mass destruction atau tidak. Laporan dari pihak Iran, mengatakan bahwa selama ini tenaga nuklir yang mereka kembangkan itu bukan untuk senjata tetapi penggunaan energi dalam masyarakat sipil biasa.
“Nah terkait program nuklir ini sebetulnya juga kita bisa melihat ada double standart atau adanya standar ganda khususnya lagi dari Barat ya, termasuk Israel ataupun Amerika dan juga kroni-kroninya itu dalam memosisikan senjata pemusnah massal itu,” ucapnya.
Ia mengatakan, jika mereka khawatir Iran punya senjata pemusnah massal berupa nuklir, justru sudah jauh lebih berbahaya AS ataupun Israel. Mereka itu tidak memakai senjata nuklir tetapi menimbulkan kerusakan, pemusnahan massal di Gaza Palestina. Genosida yang dilakukan hampir dua tahun selama ini oleh Israel memang tidak pakai senjata nuklir tetapi mereka menggunakan bom, berbagai rudal, senapan dan lain sebagainya.
“Itu kan juga sebetulnya sudah sama dengan kehancuran yang bisa ditimbulkan oleh senjata pemusnah massal yang dalam hal ini memang maksudnya mungkin adalah nuklir,” ujarnya.
Ketiga, supaya dunia itu sejenak lupa akan dosa besar yang mereka lakukan di Gaza. Padahal dalam serangannya kepada Iran itu, Israel juga tetap masih melakukan pembantaian kepada warga sipil di Gaza.
Kepentingan AS
Walaupun memang tampak di permukaan itu Israel duluan yang melakukan serangan kepada Iran, tetapi kata Iranti, yang patut diketahui adalah setiap manuver yang dilakukan Israel itu pasti tetap atas diskusinya dengan AS.
“Walaupun mungkin Donald Trump setelah Israel itu melakukan serangan kepada Iran dia retoris-retoris aja gitu ya di media sosialnya, di akun X dia ya bahwasanya dia ngelarang Netanyahu, jangan serang lagi Iran. Nah itu seakan-akan menunjukkan bahwa Israel tuh kayak jalan sendiri begitu. Padahal di balik layar pasti yang tidak mungkin tidak Israel itu berdiskusi dengan Amerika dan bahkan mungkin Amerika bisa saja menunjukkan lampu hijaunya untuk Israel itu menyerang kepada Iran,” imbuhnya.
Karena bagaimanapun juga, seperti diketahui kalangan umum, sebut Iranti, AS itu adalah mentor pertama dan juga pendukung utama dari Israel di dalam setiap manuver apa pun yang dilakukan di kawasan Timur Tengah. Tidak hanya berkaitan dengan urusan Palestina, tetapi berbagai kebijakan-kebijakan luar negeri Israel itu juga banyak sekali yang demi memuaskan atau demi memenuhi kepentingan AS sendiri.
“Jadi kita enggak usah merasa Amerika ini kayaknya adem-adem aja gitu ya. Diam-diam aja gitu, karena yang perang kan Israel. Enggak, tetapi Amerika ini juga tetap punya tangan yang kotor di balik setiap kebijakan yang diambil oleh Israel itu sendiri,” tandasnya.[] Rasman
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat