Perang Barat: Tujuannya dan Bagaimana Menghadapinya

Sebelum kami menjawab pertanyaan ini, pertama kita harus mengetahui realitas konflik saat ini, antara kaum Muslim sebagai umat Islam, seperti yang dijelaskan oleh Rabbul ‘Izzah dengan firman-Nya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, serta beriman kepada Allah.” (TQS. Ali Imran [3] : 110), dan antara kaum kafir Barat kolonial sebagai pemimpin bagi ideologi kapitalisme. Jadi, jelas bahwa konflik yang terjadi saat ini adalah konflik antara dua umat, umat yang mengemban ideologi ilahi, yang berasal dari Tuhan Pencipta alam semesta, manusia dan kehidupan, dan antara umat yang mengemban ideologi buatan manusia. Artinya konflik ini adalah konflik antara dua peradaban, peradaban Islam di satu sisi, dan peradaban Barat di sisi yang lain. Dan jika konflik ini adalah konflik antara dua peradaban, maka yang akan terjadi pertama pasti konflik pemikiran, lalu membahas semua aspek kehidupan, termasuk politik, ekonomi dan sosial … masing-masing ideologi memiliki fikrah (pemikiran) untuk diterapkan, serta thariqah (metode) menjalankannya.

Dari sini kita katakan dan yakin dengan pernyataan: “Bahwa ideologi kapitalis berada di ambang kehancuran, karena gagal total dalam mengatasi berbagai masalah kemanusiaan, dan tidak mampu menghadapi konflik pemikiran dan peradaban dengan Islam. Meskipun semua potensi materi saat ini ada di tangan negara-negara kapitalis, namun sejauh ini mereka belum mampu melenyapkan Islam, sebab hari ini Islam masih ada secara global, walau berlangsung perang sengit melawannya. Ternyata Islam masih hidup di hati orang-orang yang memeluknya, dan masih diemban oleh generasinya yang sadar dan setia (ikhlas) untuk dikembalikanya lagi sebagai ideologi dunia, dengan mendirikan negara Khilafah Rasyidah.

Ideologi kapitalis gagal dalam kebijakannya terhadap rakyat melalui negara-negara yang tegak di atas tirani dan kolonialisme, juga karena kesalahan fondasi yang menjadi dasarnya, ide-ide yang diembannya, konsep-konsepnya tentang kehidupan, serta ketidakmampuannya untuk memberikan solusi yang tepat bagi masalah-masalah yang muncul. Sehingga hal ini menyadarkan banyak pemikir dan politisi dari negara-negara Barat dan negara-negara Islam. Mereka menyadari bahwa masalah yang dialami umat manusia saat ini di semua aspek kehidupan adalah karena penerapan ideologi kapitalis yang liar dan buas.

Ya benar, bahwa para penganut ideologi ini dan mereka yang menjalankannya di negara-negara Barat, benar-benar telah menyadari, terutama Amerika, sebagai negara nomor satu di dunia, bahkan dialah yang memimpin kepemimpinan dunia dengan ideologi positif yang korup dan buas ini. Begitu juga dengan para politisi Eropa, mereka tengah menyadari bahwa masyarakat sedang bergerak ke arah Islam, dan bahwasannya Islam adalah ideologi yang benar yang dibagun dari proses berpikir, sehingga ideologi Islam ini sesuai dengan kodrat dan fitrah manusia, serta berasal dari Pencipta manusia, Allah subhānahu wa ta’āla.

Barat menyadari bahwa umat Islam hidup dalam kondisi kebangkitan, dan ingin berubah secara radikal atas dasar Islam, serta berusaha untuk menerapkan agamanya selama bertahun-tahun, seperti yang disadari oleh Hizbut Tahrir, yang menjadikan kembalinya kehidupan Islam dengan menegakkan Khilafah Rasyidah sebagai masalah utama, bahkan sebagai masalah yang menentukan hidup matinya (qadhiyah mashīriyah).

Kesadaran Barat akan masalah ini telah membawanya untuk membuat berbagai rencana awal untuk mencegah upaya pengembalian dan perubahan ini, serta mengubah arah kompas bagi mereka yang tengah memperjuangkan perubahan. Untuk itu, Barat melakukan beberapa metode yang diimplementasikan melalui berbagai cara, di antaranya mengobarkan perang langsung di negara-negara Islam, termasuk perang proksi, seperti yang dilakukan Amerika atas nama umat Islam. Padahal di belakang perang ini adalah untuk mewujudkan kepentingan dan agar tetap menguasai dunia sendirian, sementara kaum Muslim disibukkan dengan apa yang tidak bermanfaat bagi mereka. Dengan perang ini Amerika mengeksploitasi semangat jihad yang ada pada kaum Muslim. Amerika menggunakannya di Afghanistan untuk kepentingannya. Amerika menyerang Uni Soviet untuk menjadi pemimpin tunggal dunia, dan itu nyata dilakukan.

Ketika Amerika melihat al-Qaidah, yang didiamkan pada awalnya, bahkan memerintahkan negara-negara anteknya, seperti Arab Saudi, untuk mendukungnya. Setelah Uni Soviet diusir dari Afghanistan, Amerika mulai memerangi al-Qaidah. Dan al-Qaidah melakukan serangkaian pemboman kedutaan besarnya. Jadi, pemboman 11 September 2001,  membuat Amerika—setelah jatuhnya Uni Soviet dan runtuhnya peradaban komunisnya—menjadikan Islam sebagai musuh peradabannya yang baru, di mana tanda-tanda untuk memecah negara-negara Islam muncul lagi di sana, dan membuat mereka berdiri di atas perbatasan sektarian berdarah untuk mengendalikannya. Sehingga Amerika berusaha keras untuk mencegah bersatunya kaum Muslim di atas satu negara, yaitu Khilafah.

Salah satu perang langsung adalah perang Irak setelah Inggris memerintahkan anteknya, Saddam Hussein untuk memasuki Kuwait. Amerika mengambil keuntungan dari hal ini untuk memimpin perang terhadap Irak dengan sekelompok negara. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Amerika sendiri datang ke kawasan itu untuk menjajahnya secara eksklusif tanpa pesaing, dan secara langsung mengawasi pembagiannya, serta untuk mencegah kembalinya Islam berkuasa.

Tercatat bahwa ketika ada kasus-kasus atau revolusi apapun yang menyerukan Islam atau jihad, maka kaum Muslim, bahkan semua kaum Muslim, dan di semua negara mereka, semua bersemangat untuk Islam dan jihad dalam rangka menjunjung tinggi agama Allah, dan mereka sangat bersimpati dengan menggelar aksi demonstrasi dukungan, memberikan dana sumbangan, hingga bantuan dan relawan pun mengalir untuk membantu saudara-saudara mereka di sana … akhirnya harapan kembalinya Islam ke medan kehidupan menjadi semakin besar dan meningkat dengan adanya kasus-kasus tersebut.

Dengan semua ini, Amerika, juga Barat dan Eropa menemukan bahwa masalahnya menjadi lebih besar dan sulit bagi mereka. Akibatnya, mereka menjadi takut akan keluar dari lingkarannya dan pindah ke metode lain. Kebijakan menyesatkan dan menipu, adalah cara yang digunakan oleh kaum kafir kolonial Barat, terutama Amerika, untuk menyesatkan kaum Muslim dari hakikat tujuan yang ingin dicapainya. Ketika Obama berkuasa, ia secara resmi mengumumkan mundurnya Amerika dari kebijakan memerintah dunia seorang diri, yang dijalankan melalui penjajahan langsung dan penggunaan kekuatan dan kekerasan … kembali mengadopsi kebijakan penbendungan (containment policy) yang dijalankan melalui upaya intelijen dengan menanam para antek, memberi piutang, menebar perselisihan, mengobarkan kekacauan, dan mengatur berbagai kudeta. Dengan kata lain, Amerika hanya mengubah gaya perangnya terhadap Islam, namun permusuhannya tetap dan terus dilakukan. Berikut di antara cara dan metode Amerika dalam hal ini:

Perang Melawan Teror.

Sikap bermusuhan Barat terhadap dunia Islam harus jelas bagi setiap Muslim, terutama mereka yang berjuang di bidang perubahan di negara-negara Islam berdasarkan akidah Islam untuk menegakkan Khilafah Islam, dan inilah yang sangat ditakuti Barat. Itulah sebabnya, mengapa  semua negara di dunia dengan kepemimpinan Amerika kompak membuat pendekatan ini tanpa belas kasihan dengan berbagai cara dan metode. Sedangkan untuk mencegah perubahan komprehensif yang didasarkan pada Islam dengan menegakkan Khilafah, maka Barat memberlakukan apa yang disebut perang global melawan terorisme. Meskipun manifestasi terorisme yang seharusnya diperangi semakin berkembang dan menyebar secara signifikan dan berpengaruh di daerah-daerah pendudukan, serta di tempat konflik dan gejolak yang dibuat oleh Barat sendiri, seperti halnya di Afghanistan, Pakistan, Irak, Mesir, Tunisia, Yaman, Libya, Suriah dan Lebanon … yaitu di wilayah yang dianggap ada dalam bidang rencana Barat, wilayah pengaruh dan konflik antara negara-negara mereka, yang berarti bahwa kebijakan dan rencana negara-negara tersebut adalah alasan utama untuk menciptakan fenomena ini, terlepas apakah mereka yang membuat, mengatur, mendanai dan mengarahkannya.

Ya benar, terorisme yang seharusnya diperangi itu adalah produk dari kebijakan ideologi kapitalis materialis yang gagal, yang tidak mampu memberikan solusi tepat atau penyelesaian yang benar terhadap pemuasan kebutuhan-kebutuhan manusia. Negara-negara Barat adalah yang melakukan perjalanan ribuan mil untuk menduduki negara-negara islim. Mereka yang meruntuhkan negara Khilafah, dan yang memecah-belah negara-negara kaum Muslim. Mereka yang menanam (Israel). Mereka yang menjarah kekayaan umat. Mereka yang memaksakan para penguasa sebagai polisi zalim dan jahat, yang menimpakan siksaan yang sangat buruk kepada umat Islam.

Barat itu pendosa, dan kebijakannya yang buas adalah simbol terorisme internasional yang zalim, keji dan buruk. Adapun praktik keji organisasi negara (ISIS), dan semisalnya, yang menempuh langkah pembunuhan, penculikan, pemboman, penahanan, dan pengusiran atas nama Khilafah, maka itu sebagai upaya untuk mengerdilkan dan mendistorsi penerapan Islam, dan mereka hanya melayani kebijakan-kebijakan Barat, sebab semua itu dilakukan untuk membenarkan kebijakan kejinya terhadap rakyat, membungkan siapa saja yang mengecam intervensi dan dominasinya atas kaum Muslim. Juga, hal ini memberinya kesempatan untuk membuat undang-undang lokal dan internasional guna mengkriminalisasi para penyeru Khilafah, dan menyebutnya sebagai kaum gelandangan.

Juga selama era Obama, ketika di negara-negara Islam terjadi revolusi yang menuntut lengsernya para rezim, Amerika dan negara-negara Eropa melihatnya dari sudut ini, yakni dari sudut bahwa umat ingin menjatuhkan para bonekannya, yaitu para rezim yang berkuasa, dan hendak menegakkan Khilafah. Mereka menghadapinya atas dasar dan pertimbangan ini, di bawah slogan “perang melawan teror”, yang berlaku selama era Bush.

Dan yang paling menonjol dari konflik peradaban ini terjadi di Suriah, di mana ada tren yang jelas di antara kaum Muslim di sana untuk menegakkan negara Islam, dan Khilafah khususnya. Inilah salah satu yang sepenuhnya dipertimbangkan oleh Barat. Oleh karena itu semua negara di dunia bertemu dengan kepemimpinan Amerika, untuk menyerang tren ini tanpa belas kasihan, dengan cara keji dan kejam, seperti binatang buas yang jauh dari semua nilai kemanusian atau moral, dan dari setiap logika, sebab logika apa yang dipakai Barat ketika mendukung Bashar Assad  melakukan pembantaian terhadap rakyatnya sendiri, dan berusaha agar tidak digulingkannya, serta tetap berkuasa?! Lalu, yang mana dari keduanya yang pantas disebut teroris, apakah rakyat Suriah yang keluar melakukan revolusi damai yang menuntut perubahan rezim, atau Bashar Assad yang membantai mereka dengan bahan kimia dan barel-barel bahan peledak? Mengapa kamu ini? Bagaimana caranya kamu menetapkan?!

Ini semua menunjukkan semakin jatuhnya peradaban Barat, serta kebangkrutannya secara pemikiran dan peradaban. Di sisi lain, apakah Barat mampu—dengan kejahatannya terhadap kaum Muslim dan agamanya—membuat mereka menyerah padanya? Selama ini Barat belum bisa, dan tidak akan pernah bisa melakukannya, in syā Allah. Ingat! Bahwasannya umat itu hidup, agamanya juga hidup, sehingga serangan kepadanya justru semakin menguatkannya, bukan melemahkannya. Sementara praktik-praktiknya yang gagal dan bangkrut, semakin menuntutnya pada perubahan, dan semakin membuatnya terjatuh.

Negosiasi Politik dan Kebijakan Pembendungan (Containment Policy)

Ini terbukti secara telanjang ketika dimulai revolusi di Musim Semi Arab (Arab Spring), yang mengejutkan semua orang, yang bercampur berbagai masalah, yang memaksakan Barat pada solusi yang dibencinya, dan menghancurkan apa yang telah dibangunnya dalam beberapa dekade. Kaum kafir kolonalis Barat mulai membela dirinya, ideologinya dan kepentingannya. Mereka mulai bersekongkal melawan para pejuang revolusi dengan upaya membendungnya, yang dilakukan dengan mengubah jalannya melalui para anteknya dan tokoh-tokoh politiknya, seperti yang terjadi di Tunisia dan Mesir; kadang-kadang dengan intervensi militer bersyarat dan kebijakan pemerasan, seperti yang terjadi di Libya; kadang-kadang melalui negosiasi, meluncurkan inisiatif, serta konferensi seperti di Yaman dan lainnya; kadang-kadang dengan diam dan memberikan lampu hijau untuk menghabisi Partai Ba’ath di Suriah untuk menyelesaikan masalah dengan solusi militer yang penuh dengan kelicikan dan kejahatan.

Perang Media dan Psikologis Terhadap Islam

Perang ini masih didominasi oleh penerbitan buku dan artikel, serta hasil dari pusat penelitian pemikiran dan kegiatannya, yang bertujuan untuk menciptakan rasa putus asa dan penaklukan paksa, serta menjinakkan masyarakat agar merasakan kekalahan, yang pada akhirnya benar-benar mengakui kekalahan. Di antara contohnya:

Promosi buku “Akhir Sejarah dan Manusia Terakhir (The End of History and the Last Man) oleh Francis Fukuyama. Juga, di antara bukti konspirasi ini adalah aktivitas-aktivitas yang mereka lakukan untuk tujuan tersebut, yaitu buku-buku, berbagai penelitian, konferensi dan seminar, serta artikel yang mengalir tanpa batas, semuanya berputar di sekitar gagasan kegagalan Islam atau Islamisme sesuai dengan ekspresi penyuara kesesatan ini, bahwa alternatifnya adalah sekularisme, seperti yang mereka klaim. Kesesatan itu dipromosikan oleh banyak peneliti dan penulis di surat kabar dan pusat studi terkenal seperti Rand Corporation dan lainnya, serta di pusat studi Arab, juga saluran satelit terkenal yang ditonton oleh puluhan juta mta, seperti Al-Jazeera dan Al-Arabiya … di mana semuanya menawarkan program yang menyuarakan kesesatan ini, serta menerbitkan buku, artikel, dan hasil penelitian. Perlu diingat bahwa promosi penyimpangan dan kesesatan ini berlangsung secara serius dan masif di sebagian besar negara, bahkan di semua negeri kaum Muslim, di negara-negara Arab, di Indonesia, Malaysia, Pakistan, Turki, dan Iran.

Semua perang ini, dalam semua jenisnya, militer, pemikiran, ekonomi, dan lainnya, serta cara dan metode jahat yang diambilnya dan dilakukan oleh kaum kafir kolonial Barat, yang dipimpin oleh Amerika dan para pengikutnya dari para penguasa jahat dan pengkhianat, adalah bertujuan untuk memerangi Islam politik dan mereka yang memperjuangkannya dengan penuh ketulusan dan keikhlasan.

Perang terhadap Islam bersifat global, komprehensif, dan dipimpin oleh para profesional. Sehingga ini membutuhkan konfrontasi yang komprehensif dan menggunakan semua potensi yang dimiliki. Hal ini mengharuskan agar perang ini diungkap kepada kaum Muslim, semua front dan rencananya.

Memang benar bahwa Barat memiliki keseimbangan perang militer dan material. Namun di bidang konflik pemikiran dan peradaban, Islam adalah yang berkembang. Sementara Barat terus mengalami kejatuhan dan kebangkrutan. Adalah suatu kesalahan mereka yang berpikir bahwa Barat telah menang, ia hanya menunda kemunculan Islam, dan perang militernya melawan kaum Muslim tidak akan berhenti sampai perang pemikiran dan peradaban diputuskan untuk kemaslahatan agama besar ini. Jadi, ketika Barat menyerang kaum Muslim dan Islam, mereka menyerangnya saat berada dalam posisi lemah dan takut peradabannya jatuh, tidak seperti yang mereka berusaha memalsukan fakta, dan menggambarkan dirinya sebagai pemenang. Dan yang sangat bahaya, adalah jika hal itu diyakini kaum Muslim. Dengan demikian, perang terbuka antara Barat dan kaum Muslim dalam proyek Islam mereka, yaitu menegakkan Khilafah.

Di sini, perlu diperhatikan secara seksama, apa yang dilakukan Barat, yaitu usahanya yang dilakukan dengan tekun, gigih, serius dan jahat untuk mencegah tegaknya Khilafah, utamanya mereka yang terus memperjuangkan tegaknya Khilafah, dan khususnya Hizbut Tahrir, sebagai satu-satunya yang terus menyuarakan tujuan ini. Di sisi lain, bahwa Hizbut Tahrir harus memimpin konfrontasi ini, dan membuat umat Islam ikut terlibat dalam konfrontasi ini. Proyek menegakkan Khilafah adalah proyek eksklusif Hizbut Tahrir. Sungguh ini merupakan kebaikan dan kemuliaan dari Allah subhānahu wa ta’āla. []

Sumber: al-Waie, No. 400-401, Tahun ke-XXXIV, Jumādil Ula – Jumādil Akhir 1441 H./Januari – Pebruari 2020 M.

Share artikel ini:

View Comments (1)

  • Apakah artikel ini diterjemahkan dari bahasa arab ?

    Jika iya maka kata "proyek ekskusif" sepertinya salah karena Khilafah adalah milik umat islam bukan Hizbut Tahrir

    Terimakasih