Maka, pemerintahan Trump telah menipu Iran — sembari bernegosiasi dengannya — untuk membuat serangan oleh entitas Yahudi menjadi efektif dan berdampak melalui kejutan dan intimidasi. Pernyataan-pernyataan Amerika menunjukkan bahwa Amerika menginginkan serangan oleh entitas Yahudi itu menjadi insentif bagi Iran untuk memberikan konsesi dalam negosiasi nuklir. Ini berarti bahwa serangan tersebut adalah alat dalam negosiasi Amerika. Hal ini juga dibarengi dengan pembelaan publik Amerika terhadap serangan oleh entitas Yahudi dan menyebutnya sebagai pembelaan diri, serta penyediaan senjata kepada entitas tersebut, termasuk pengoperasian pesawat dan pertahanan udara Amerika untuk menangkis respons Iran. Semua ini sama saja dengan serangan Amerika semi-langsung terhadap Iran.
Amerika menggunakan perang sebagai alat untuk menundukkan Iran, sebagaimana dalam pernyataan Trump sebelumnya bahwa: “Kadang mereka harus bertarung, tetapi kita akan lihat nanti.” Ini dikuatkan oleh deskripsi Trump atas serangan ini, yang mengatakan: “Serangan Israel terhadap Iran itu luar biasa.” Ia mengatakan, “Kami beri mereka kesempatan, dan mereka tidak mengambilnya. Mereka dipukul keras, sangat keras. Mereka dipukul sekeras-kerasnya, dan akan ada lagi yang lebih banyak, jauh lebih banyak.” (ABC, 13/6/2025). Trump juga berkata: “Orang-orang Iran ingin bernegosiasi, tapi mereka seharusnya melakukannya lebih awal. Saya beri waktu 60 hari, mereka pun punya 60 hari, dan di hari ke-61 saya bilang, ‘Kita tidak punya kesepakatan.’” (CNN, 16/6/2025).
Pernyataan-pernyataan ini secara jelas menunjukkan bahwa Amerika adalah pihak yang memungkinkan entitas Yahudi untuk melancarkan agresi ini, bahkan memerintahkannya untuk melakukannya.
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat