PEPS: Keuangan Kereta Whoosh Masih ‘Berdarah-Darah’

Mediaumat.info – Seperti tahun sebelumnya, kondisi keuangan PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) selaku pengelola Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) yang kini telah berganti nama menjadi Kereta Whoosh, tahun ini dipastikan masih dalam kondisi ‘berdarah-darah’.
Hal ini ditegaskan oleh Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS) Anthony Budiawan, dalam keterangan tertulis yang diterima media-umat.info, Selasa (15/4/2025).
Dengan kata lain, sejak beroperasi tahun 2023 ternyata pendapatan dibandingkan kewajiban membayar utang setiap tahunnya, sama-sama menggambarkan kondisi yang sedang tidak baik-baik saja. “Kondisinya tidak baik-baik saja, sedang berdarah-darah,” sebutnya.
Seperti diketahui, biaya investasi proyek kereta cepat yang awalnya disepakati USD6,02 atau Rp90 triliun (asumsi Rp15.000/USD) ini, ternyata terjadi pembengkakan biaya (cost overrun) yang mencapai USD1,2 miliar atau Rp18 triliun).
Sehingga total biaya investasi Kereta Cepat Jakarta Bandung mencapai USD7,22 miliar atau Rp108 triliun. Tetapi, sambung Anthony, 75 persen dari biaya investasi tersebut diperoleh dari utang yang mencapai USD5,415 atau setara dengan Rp81 triliun.
Sedangkan, total dari biaya bunga utang sebesar 2 persen per tahun untuk investasi awal USD6,02 miliar, ditambah bunga utang terkait pembengkakan biaya proyek sebesar 3,4 persen per tahun, adalah USD120,9 juta atau Rp1.8 triliun.
Di sisi lain jumlah tiket terjual sepanjang tahun 2024 sebanyak 6,06 juta tiket. Dengan asumsi harga tiket rata-rata Rp250.000 per tiket, maka total pendapatan Kereta Cepat Jakarta Bandung tahun 2024 hanya Rp1,5 triliun.
Artinya, jumlah kewajiban membayar bunga utang jauh lebih besar daripada pendapatan. “Terjadi defisit (kerugian) sekitar Rp300 miliar, belum termasuk biaya operasional dan biaya lain-lain, yang pasti mencapai ratusan miliar rupiah per tahun,” imbuhnya.
Ia pun khawatir, untuk menambal defisit itu, Whoosh harus utang lagi dalam jumlah besar. Tak hanya itu, ibarat skema Ponzi, kondisi itu sangat berbahaya.
“Kondisi ini tentu saja sangat bahaya. Tidak sustained (berkelanjutan). Bagaikan skema Ponzi saja,” tandasnya, sembari meragukan BUMN konsorsium pihak Indonesia tersebut bisa bertahan dari ‘pendarahan’ dimaksud.
Sementara itu, General Manager (GM) Corporate Secretary PT KCIC) Eva Chairunisa melaporkan lonjakan penumpang Whoosh sepanjang libur Lebaran 2025.
Selama masa angkutan mudik dan balik Idul Fitri 1446 Hijriah, tercatat lebih dari 310.000 penumpang menikmati perjalanan dengan Whoosh. Katanya, capaian ini mencerminkan tingginya animo masyarakat terhadap moda transportasi modern berkecepatan tinggi itu.
Sehingga KCIC menambah jumlah perjalanan menjadi 62 kali per hari. “Dengan waktu keberangkatan tiap 30 menit sekali. Jumlah ini meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yang hanya mencatat 52 perjalanan per hari,” kata Eva, dikutip Ahad (13/4/2025).[] Zainul Krian
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat