PEPS: Kesalahan Fatal Jokowi, Rekayasa Dukungan Rakyat

MediaUmat – Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS) Anthony Budiawan menilai kesalahan fatal Jokowi adalah di waktu periode kedua menjabat presiden, melakukan rekayasa dukungan rakyat.
“Nah, jadi kalau kita lihat gini, ini kesalahan fatal Jokowi. Jokowi di waktu periode kedua, sebetulnya dia dukungannya juga sudah menurun tetapi rekayasa dukungan ini yang diperkuat sama dia,” ulasnya dalam Bongkar Abis Kolusi, Korupsi, Manipulasi: ‘Nuklir’ Made in Jokowi, Daya Rusaknya Sangat Dahsyat, Kamis (26/6/2025) di kanal YouTube Bongkar Abis.
Menurutnya, rekayasa dukungan didesain seolah-olah Jokowi mendapatkan dukungan penuh dari rakyat.
Misalnya, jelasnya, kalau publik masih ingat kepercayaan rakyat kepada Jokowi masih 81 persen. “Itu hampir mustahil kalau itu tidak direkayasa,” ungkapnya.
Kemudian, lanjutnya, publik tahu bahwa di tahun 2019 sampai 2024, kebijakan Jokowi khususnya dalam bidang ekonomi, itu luar biasa buruk dan jahat terhadap rakyat.
“Kemiskinan di 2019 ke 2022 meningkat. Korupsi turun dari 40 ke 34,” bebernya.
Harusnya, kritiknya, Jokowi tahu diri ketika mau lengser, karena kemungkinan rakyat Indonesia akan melupakan.
“Iya kan kita rakyat kita kan pemaaf,” ujarnya.
Tetapi, bebernya, Jokowi justru merekayasa lagi di akhir kepemimpinannya dengan Gibran naik nyalon wapres. Menurutnya, hal Ini membuat kemarahan rakyat menjadi luar biasa.
“Gibran naik dengan melanggar konstitusi, dengan memperkosa konstitusi. Nah, ini yang membuat rakyat sangat marah sehingga apa kesalahan Jokowi? Korupsinya sudah banyaklah ya nantinya yang mungkin akan diusut gitu ya. Sekarang Chromebook juga sudah mulai mengatakan bahwa, ‘Oh ya ini saya diperintah Jokowi dan sebagainya dan sebagainya, itu mengenai kasus korupsi,’ ini akan meledak ini,” bebernya.
Dalam kesempatan tersebut, Anthony Budiawan menyampaikan bahwa kesalahan fatal Jokowi adalah bentuk keserakahan. Berawal ingin berkuasa, lalu menutupi aibnya, sehingga di tahun 2019-2024 dengan merekayasa hal begini, tetapi akhirnya menjadi bumerang.[] Novita Ratnasari
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat