MediaUmat.info – Pernyataan yang menyebut genosida di Palestina tidak ada sangkut pautnya dengan agama dinilai Pakar Fikih Kontemporer KH Muhammad Shiddiq al-Jawi sebagai penyesatan yang luar biasa.
“Ini betul-betul penyesatan yang luar biasa,” ujarnya dalam Fokus: Menjawab Penyesatan di Seputar Palestina, Ahad (11/5/2025) di kanal YouTube UIY Official.
Pasalnya, tegas Kiai Shiddiq, baik dari pihak Yahudi sendiri maupun kaum Muslim itu ada motif-motif agama atau hal-hal yang terkait dengan agama.
Ia mengutip ucapan Rabi Yahudi Israel David Whiss yang merupakan Spokeman of The Neturei Charta yang menyebut, “Jadi, sebenarnya menurut ajaran agama Yahudi itu tidak ada kewajiban menegakkan Daulah Yahudiyyah.”
Jadi, ucap Kiai Shiddiq, itu sebenarnya nggak ada. “Bid’ah itu,” cetusnya.
Yang diwajibkan itu, ujar Kiai Shiddiq mengutip Rabi David Whiss, hanya orang Yahudi menjadi warga negara yang baik di mana pun dia berada. Tapi tidak ada kewajiban mendirikan Negara Yahudi atau pergerakan massal orang-orang Yahudi yang terdiaspora untuk kembali ke Palestina mendirikan negara. “Itu enggak ada,” tegasnya.
Namun argumen yang ada di kalangan Zionis (nonreligius), kata Kiai Shiddiq, mereka menggunakan dalil-dalil agama untuk memiliki legetimasi the Jewish state (negara Yahudi).
“Mereka mengklaim adanya tanah yang terjanjikan (the promised land) dengan mengutip dari Perjanjian Lama pada Genesis atau Kejadian pasal 15 ayat 18 kemudian pasal 17 ayat 7. “Mungkin itu Taurat atau sudah ada campuran-campuran atau distorsi,” ulasnya.
Ia juga menyebut, janji Allah kepada Yahudi untuk tanah yang dijanjikan adalah janji bersyarat, yaitu selama mereka taat. Karena banyak dari mereka melanggar perintah Tuhan, termasuk membunuh para nabi dan melakukan riba, maka janji tersebut dianggap batal secara hukum.
Menurutnya, dari pihak umat Islam, Palestina itu adalah milik umat Islam. Ketika Umar bin Khattab pada tahun 15 Hijriah atau tahun 637 Masehi itu menaklukkan tanah Syam, setelah ada penaklukan itu kunci dari pintu gerbang Kota Yerusalem diserahkan oleh pemimpin agama Kristen Palestina waktu itu Patriark Sophronius diserahkan kepada Umar bin Khattab.
Di Palestina, khususnya di Yerusalem ada Masjidil Aqsha yang merupakan tempat Nabi Muhammad SAW melakukan Isra kemudian Mi’raj. “Jadi ini ada hubungannya dengan agama,” tandasnya.
Perspektif Kemanusiaan
Menurut Kiai Shiddiq perspektif kemanusiaan itu mungkin bisa menjadi perspektif non-Muslim. Mereka memandang persoalan Palestina karena sebagai non-Muslim tidak ada ikatan akidah tidak ada kesamaan iman dengan kaum Muslim tapi sebagai sesama manusia dia bisa merasakan penderitaan itu.
Ia mencontohkan Lauren Booth, perempuan jurnalis dari Inggris terkenal ketika dulu masih kristen, dia masuk Islam tahun 2012. Ketika dia masih Kristen dia ada solidaritas untuk membela Palestina.
“Atas dasar apa dia itu kok mempunyai rasa solidaritas kepada kaum Muslimin di Palestina? enggak mungkin dia mengatakan ini ukhuwah islamiah?” ujarnya retoris.
Tak ayal lagi, jelasnya, dia didorong oleh rasa kemanusiaan. “Jadi, perspektif kemanusiaan itu bisa menjadi cara pandang orang-orang yang non-Muslim,” jelasnya.
Menurut Kiai Shiddiq, bagi kaum Muslim yang paling utama itu bukan kemanusiaan tapi adalah ukhuwah islamiah karena dengan saudara seagama seiman itu harus memiliki kepedulian solidaritas.[] Muhammad Nur
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat