Penyataan Inggris dan Prancis ‘Akan Mengakui Palestina’, Bukan Bahasa Menghentikan Perang

MediaUmat – Pernyataan Inggris dan Prancis ‘akan mengakui Palestina’, dinilai Pengamat Hubungan Internasional dari Geopolitical Institute Hasbi Aswar, Ph.D. bukan bahasa menghentikan perang entitas penjajah Zionis Yahudi terhadap Gaza, Palestina.
“Nah, ini kan sebenarnya kalau kita lihat pernyataan-penyataan (akan mengakui Palestina) dari pemimpin-pemimpin itu yang utamanya Inggris dan Prancis itu kan mereka spesifik. Mereka itu bahasanya bukan menghentikan perang Israel terhadap Gaza. Bukan itu,” ujarnya dalam acara Kabar Petang: Inggris Mau Akui P@lest1na? Terlambat! Kalian Biang Luka Itu! Jumat (1/8/2025) di kanal YouTube Khilafah News.
Menurut Hasbi, karena jika alasannya untuk menghentikan perang harusnya sudah sejak awal bulan Oktober. Bahkan sejak tahun 2024 Mahkamah Internasional (ICJ) itu sudah menyampaikan di bulan Januari-Februari bahwa Israel harus menghentikan upaya genosida di Gaza. Kemudian pengadilan Pidana Internasional (ICC) juga sudah menyampaikan ada perintah penangkapan terhadap Yoav Gallant (menteri pertahanan entitas penjajah) termasuk juga Benjamin Netanyahu (perdana menteri entitas penjajah).
Nah, kata Hasbi, hal ini secara nyata sudah menunjukkan telah terjadi kekerasan masif, sistematis, dan brutal pelanggaran terhadap hukum-hukum internasional.
“Kalau memang Inggris itu peduli terhadap itu harusnya kan dari awal gitu kan. Apalagi ICJ atau ICC ya kalau tidak salah itu yang menjadi hakimnya itu dari Inggris ya kan?” ungkapnya.
Ia menuturkan, sebenarnya isunya yang terjadi di Palestina, di Gaza sekarang dalam konteks penembakan terhadap para warga yang mengambil makanan sudah tidak bisa dibantah lagi.
“Tidak bisa lagi dibantah karena riset dari United States Agency for International Development (USAID) atau lembaga bantuan Amerika juga sudah mengatakan bahwa ini nyata jelas bahwa para warga sengaja ditembaki,” bebernya.
Terlebih, papar Hasbi, dari internal Amerika Serikat sendiri yaitu mantan tentara AS yang bekerja di Gaza Humanitarian Foundation (GHF) ada yang keluar kemudian koar-koar di publik bahwa yang terjadi di Palestina adalah sebuah kekejaman dan sengaja dilakukan.
Jadi, tegas Hasbi, memang entitas penjajah Zionis Yahudi sudah tidak bisa dibela sehingga desakan-desakan publik itu sangat kuat termasuk di internal Inggris sendiri.
“Walaupun sebenarnya saya yakin itu tidak, itu hanya sekadar retorika saja karena pada akhirnya itu tidak memengaruhi hubungan riil antara kedua belah pihak, baik Israel dan Inggris. Saya kira senjata-senjata tetap akan terus diimpor, diekspor ke Israel, termasuk kerja sama-kerja sama yang lain juga tetap terjadi gitu,” kritiknya.
Dalam kesempatan tersebut, Hasbi Aswar menyampaikan jika alasan yang membuat Inggris akhirnya mengikuti langkah yang sebelumnya terjadi yaitu desakan kuat dari internal, warga, dari berbagai pihak yang menuduh Inggris terlibat karena Inggris menjual pesawat F 35. Sehingga, setelah desakan publik itu akhirnya Inggris menghentikan penjualan secara lisan. Artinya yang sekarang juga ada desakan publik dari dalam yang membuat Inggris harus memilih untuk menjawab respons publik tersebut dengan bahasa yang agak keras terhadap entitas penjajah Zionis Yahudi.[] Novita Ratnasari
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat