Penjudol Terima Bansos, Parahnya Pengaruh Judol ke Masyarakat

 Penjudol Terima Bansos, Parahnya Pengaruh Judol ke Masyarakat

MediaUmat – Lebih dari setengah juta penerima bantuan sosial (bansos) adalah pemain judi online (judol) sebagaimana diungkap Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) beberapa waktu lalu, menurut Aktivis Muslimah Iffah Ainur Rochmah menunjukkan parahnya pengaruh judol ke masyarakat.

“Menunjukkan parahnya pengaruh judi online ke masyarakat. Bukan hanya di kalangan yang memiliki uang, bahkan yang miskin pun sudah terlibat judi online,” ujarnya kepada media-umat.com, Selasa (16/7/2025).

Salah satu faktornya, sebut Iffah, saking banyaknya model judol yang gampang diakses dan saking lemahnya benteng takwa pada masyarakat akibat eksisnya sekularisme.

Penyalahgunaan NIK

Iffah juga menjelaskan, bila temuan PPATK tersebut disebabkan penyalahgunaan nomor induk kependudukan (NIK), maka ini juga menjadi PR besar bagi pemerintah untuk mewujudkan teknologi perlindungan digital yang baik, kebocoran ini menjadi bukti sebenarnya tidak serius.

“Hanya retorika, perlu regulasi baru dan anggaran baru untuk ini itu. Tapi dari dulu ya tidak banyak perkembangan soal perlindungan data ini. Single data, dan lain lain justru malah mempermudah pembajakan oleh pihak swasta atau bahkan untuk kepentingan kejahatan. Kalau nggak bersegera mengambil kebijakan ultimate untuk perlindungan data, makin banyak kezaliman pemerintah terhadap hak rakyat,” tegasnya.

Salah Sasaran

Terkait orang-orang yang benar-benar miskin malah tidak mendapatkan bansos, menurut Iffah, karena adanya problem seleksi dan validasi data rakyat miskin yang disasar program tersebut.

“Ada problem seleksi dan validasi data rakyat miskin yang di dasar di program tersebut,” sebutnya.

Malah, jelas Iffah, orang yang punya hubungan dekat dengan perangkat desa atau sejenisnya yang dapat padahal secara ekonomi lebih daripada yang tidak mendapatkan bansos.

“Ini jelas butuh penanganan. Ini bukan masalah teknis saja, karena ada mentalitas egoistis dan nepotisme juga yang menjangkiti masyarakat,” ungkapnya

Kesalahan ini, sebut Iffah, sebenarnya diperlihatkan oleh para penguasa yang tidak mau tahu kesulitan rakyat untuk bisa makan, mereka hanya bisa membesarkan perut mereka sendiri. Mereka enggak peduli pada warga yang mungkin lebih miskin yang mestinya diprioritaskan mendapatkan.

“Ini saya kira juga diajarkan oleh pemangku sistem. Pejabat aji mumpung enggak mau tahu kesulitan rakyat untuk bisa makan, mereka fokus mikir peningkatan anggaran untuk memfasilitasi para pejabatnya,” tegas Iffah.

Menyadarkan

Semua masalah tersebut, jelas Iffah, seharusnya menyadarkan kepada semua pihak, masyarakat, juga pemerintah bahwa sekulerisme ini makin menjerumuskan pada keburukan, kesengsaraan, dan kemiskinan.

Jika sistem Islam ditegakkan secara menyeluruh, jelas Iffah, maka akan ada sikap serius dari pemerintahan untuk menghapus segala transaksi yang bertentangan dengan syariat termasuk judol dan transaksi spekulatif lainnya sebagaimana saat ini marak dalam praktik money game, praktik pasar modal, perdagangan nonriil bahkan bisa pula pada apa yang saat ini trending dengan ternak uang dan seterusnya.

“Mestinya tidak menunggu bukti dan kerusakan lebih banyak. Yuk bersegera menyiapkan diri kembali ke sistem Islam, sistem khilafah yang mampu menyejahterakan secara ekonomi, membangun mentalitas itsar/altruisme mendahulukan orang lebih membutuhkan karena ada keteladanan dari pemimpin,” pungkasnya.[] Fatih Sholahuddin

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *