Penjara Tiran Rahmonov Diubah Menjadi Sekolah Agama Bagi Kaum Muslim Tajikistan

 Penjara Tiran Rahmonov Diubah Menjadi Sekolah Agama Bagi Kaum Muslim Tajikistan

Pada tanggal 2 Mei, Radio Liberty menerbitkan sebuah artikel yang menyatakan: “Tajikistan telah meluncurkan sebuah program untuk merehabilitasi dan mengintegrasikan kembali mereka yang dihukum karena ekstremisme. Hal ini perlu dilakukan karena banyaknya jumlah mereka yang dihukum atas tuduhan ini. Namun, seperti yang ditunjukkan oleh praktik, banyak dari mereka yang menjalani hukuman atas tuduhan ini tidak menimbulkan ancaman bagi masyarakat sebelum masuk penjara.”

Menurut dokumen resmi, program ini bertujuan untuk mengintegrasikan kembali mereka yang dihukum karena ekstremisme ke dalam “kehidupan masyarakat yang utuh”. Untuk mencapai tujuan ini, program ini bermaksud untuk menawarkan berbagai kegiatan di fasilitas pemasyarakatan, mulai dari konseling psikologis hingga lokakarya kerajinan tangan, acara budaya, dan kursus psikologi penjara.

Prakarsa lima tahun ini memiliki anggaran sekitar 3,6 juta dolar dan kabarnya akan didanai dari kas negara dan sumber-sumber di luar anggaran, termasuk dana donor.

Direktorat Utama Tajikistan untuk Pelaksanaan Hukuman Pidana menyatakan bahwa program tersebut “akan membantu para narapidana menyingkirkan keyakinan yang merusak dan mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat.”

**** **** ****

Rezim tiran Emomali Rahmonov  berusaha sekuat tenaga untuk mengisolasi kaum Muslim di negara itu dari keyakinan mereka. Ada larangan tertulis dan tidak tertulis terhadap manifestasi Islam apa pun, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam masyarakat. Kaum perempuan dilarang mengenakan jilbab dan diancam dengan denda berat. Kaum muda dilarang menghadiri masjid, jenggot mereka dicukur, bahkan aparat rezim mendatangi rumah ke rumah untuk menanyakan kelompok Islam mana yang diikuti anak-anak mereka dan kitab-kitab agama apa yang mereka pelajari.

Saat ini, ketika orang berbicara tentang ekstremis dan garis keras, maka yang mereka maksud adalah kaum Muslim, dan keyakinan yang merusak adalah Islam. Setiap pelanggaran terhadap hukum yang ditetapkan oleh tiran Rahmonov akan berujung pada hukuman penjara. Dimana kaum Muslim yang ikhlas, yang mencintai Allah dan Islam, para pengemban dakwah, serta masyarakat awam yang jauh dari agama semuanya dipenjara. Rahmonov, Fir’aun masa kini, mengira bahwa ia akan menang dengan mengisolasi para aktivis kaum Muslim dari masyarakat dan memenjarakan mereka, untuk menghentikan penyebaran Islam. Namun yang terjadi justru sebaliknya, penjara-penjaranya menjadi tempat tumbuh kembangnya para pengemban dakwah  dan tempat untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat umum, yang telah jatuh di bawah penganiayaan rezim, sampai para penjahat pun mulai tersentuh oleh Islam dan kaum Muslim.

Dalam beberapa tahun terakhir, pihak berwenang telah memenjarakan orang-orang yang dituduh melakukan ekstremisme hanya karena menyukai konten Islam di media sosial atau membuat komentar yang tidak berbahaya. Telah menjadi jelas bahwa mereka yang dulunya disibukkan dengan urusan duniawi, hanya memiliki sedikit waktu untuk merenungkan agama dan masalah-masalah negara, kini memiliki banyak waktu untuk mempelajari Islam dan menemukan solusi yang tepat untuk masalah-masalah kehidupan.

Seperti yang disebutkan dalam artikel tersebut: “Dalam beberapa hari, para tahanan baru mulai mendengarkan ceramah-ceramah yang disampaikan oleh para ‘ekstremis ideologis’ yang telah dihukum, akibat dari kontak dekat dan koloni-koloni yang kelebihan beban,” kata narasumber Azattyk Asia, yang berbicara dengan syarat anonim. Azamat Shambilov, pakar hak asasi manusia dan reformasi penjara serta perwakilan resmi Yayasan Penjara Internasional dan Keadilan Pidana di negara-negara persemakmuran negara-negara merdeka, Commonwealth of Independent States (CIS), setuju dengan hal tersebut. “Radikalisasi di penjara merupakan fenomena global yang terjadi di berbagai negara, terutama di antara kelompok narapidana yang rentan. Penjara semakin menjadi ‘inkubator radikalisasi’. Jika orang-orang seperti itu tidak didukung, mereka akan menjadi sasaran empuk bagi perekrut yang karismatik,” katanya.

Meskipun rezim yang menindas berupaya menjauhkan masyarakat dari agama, seperti yang diinginkan Fir’aun Rahmonov, kaum Muslim di penjara mulai mempelajari Islam secara mendalam, menghafal Al-Qur’an, dan menjadi ahli dalam bahasa Arab dan fiqih. Semakin rezim tirani memerangi Islam dan kaum Muslim, justru Iskam dan kaum Muslim semakin kuat, mereka menyadari realitas kejahatan dan berusaha mewujudkan Islam. Allah SWT berfirman dalam kitab-Nya yang mulia:

﴿وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُواْ لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللهُ وَاللهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ﴾

(Ingatlah) ketika orang-orang yang kufur merencanakan tipu daya terhadapmu (Nabi Muhammad) untuk menahan, membunuh, atau mengusirmu. Mereka membuat tipu daya dan Allah membalas tipu daya itu. Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (TQS. Al-Anfâl [8] : 30). [] Eldar Khamzin

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 24/5/2025.

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *