Pengibaran Bendera One Piece Seharusnya Jadi Kritik terhadap Kondisi Kemerdekaan Indonesia

 Pengibaran Bendera One Piece Seharusnya Jadi Kritik terhadap Kondisi Kemerdekaan Indonesia

MediaUmat Fenomena pengibaran One Piece menjelang kemerdekaan Indonesia ke-80, menurut Pemimpin Redaksi Majalah Al-Waie Farid Wadjdi seharusnya menjadi kritik terhadap kondisi kemerdekaan Indonesia.

“Kalau kita lihat seharusnya pengibaran bendera One Piece ini harus disikapi dengan ‘santai’ saja oleh pemerintah. Ini seharusnya dianggap sebagai kritik terhadap kondisi kemerdekaan kita sekarang,” ujarnya dalam Sorotan Dunia Islam, Rabu (6/8/2025) di Radio Dakta 107.0 MHz FM Bekasi.

Menurutnya, meskipun Indonesia sudah merdeka, negeri ini masih banyak persoalan. Kemiskinan lebih dari 30 juta, pengangguran juga terjadi di mana-mana, demikian juga eksploitasi ekonomi, kekayaan alam Indonesia yang lebih banyak dibawa oleh pemilik modal atau asing. “Ini menjadi cermin, kritik terhadap kondisi kemerdekaan kita saat sekarang ini,” tegas Farid.

Ia menilai ini menjadi semacam kritik sosial terhadap kondisi kemerdekaan Indonesia. Dikatakan tanah air milik rakyat, tapi sebagian besar tanah, air dan isinya dikuasai oleh perusahaan-perusahaan asing atau segelintir para pemilik modal.

“Indonesia memiliki kekayaan alam tambang yang luar biasa tapi terdapat lebih kurang 30 juta rakyat Indonesia yang hidup dalam kondisi miskin. Apalagi kalau menggunakan patokan 2 US dollar per hari yang digunakan oleh World Bank, itu artinya setengah dari penduduk Indonesia yang hidup di wilayah kemiskinan, sementara kita memiliki kekayaan alam yang luar biasa,” ungkapnya.

“Pertanyaannya, di mana letak kemerdekaan terhadap tanah air kita sendiri?” cetus Farid.

Demikian juga, lanjut Farid, negeri ini dikatakan mandiri secara politik, tapi harus menurutnya, dalam beberapa politik luar negeri, Indonesia masih di bawah bayang-bayang negara-negara Barat seperti Amerika.

“Lihat, bagaimana yang dipersepsikan sebagai kekalahan Indonesia dalam kesepakatan tarif antara Indonesia dan Amerika, misalkan. Mereka bisa memasukkan barang-barang dengan tarif 0% sementara kita harus membayar tarif yang sangat tinggi untuk memasukkan barang-barang kita ke Amerika,” tandasnya.

Farid menegaskan pengibaran bendera One Piece ini semacam kritik sosial, seharusnya ini dianggap sebagai suatu hal yang lumrah saja. “Jadi kita jangan terlampau paranoid, sedikit-sedikit dianggap ini merupakan ancaman. Bahkan dianggap memicu disintegrasi dan sebagainya,” katanya

Justru yang harus diperbaiki agar negeri ini tidak mengalami disintegrasi, negeri ini tidak pecah, menurut Farid, itu dengan memperhatikan kesejahteraan rakyat. “Bagaimana kemudian memanfaatkan kekayaan alam yang luar biasa ini untuk kepentingan rakyat,” ujarnya.

Farid menilai kemiskinan itulah pemicu yang sangat rawan jadi penyebab disintegrasi di Indonesia. Saat rakyat miskin muncul konflik sosial, gampang diadu domba, gampang diprovokasi. Sangat mungkin terjadi gerakan-gerakan seperti di Aceh, di Papua. Mereka negeri yang kaya tapi kemudian kekayaan alam sebagian besar dibawa oleh pusat bahkan dibawa oleh asing.

“Jadi yang harus kita lihat bukan bendera ini yang menyebabkan disintegrasi, tapi kegagalan pemerintah untuk menyejahterakan rakyat. Itulah yang sesungguhnya bisa menjadi faktor disintegrasi yang paling kuat,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *