Pengasuh Majelis Baitul Qur’an: Hakikatnya Romi Banyak Berbohong

Mediaumat.id – Pernyataan Ketua Majelis Pertimbangan PPP Romahurmuziy alias Romi yang mengatakan jangan menjadikan keshalihan seseorang untuk mengukur kepantasan menjadi seorang pemimpin bahkan sampai mencatut kitab Al-Ahkaam as-Sulthaniyyah karya Imam Mawardi, dinilai Pengasuh Majelis Baitul Qur’an (MBQ) Ustadz Luthfi Hidayat hakikatnya banyak berbohong.
“Sesungguhnya kalau kita betul-betul jujur -apalagi yang kita sayangkan Mas Romi ini membawa-bawa Al-Ahkaam as-Sulthaniyyah.- Kalau dicek, hakikatnya banyak berbohong,” ungkapnya dalam acara Kabar Petang: Kriteria Pemimpin dalam Islam, Jumat (19/5/2023) di kanal YouTube Khilafah News.
Melansir dari wartakota.tribunnews.com, Romy mengatakan, “Dalam Al-Ahkaam as-Sulthaniyyah kitab yang menjadi salah satu rujukan untuk tata negara dalam hukum Islam sekalipun, seorang pemimpin yang ahli maksiat masih memiliki hak untuk ditaati, sepanjang dia tidak melarang kebebasan beragama.”
Menurut Luthfi, apa yang dikatakan Romi justru bertentangan dengan syariat Islam itu sendiri. Keshalihan individu maupun sistem yang akan dilaksanakan oleh pemimpin haruslah berdasarkan Islam.
Menurutnya, para ulama menyepakati setidaknya ada 7 kriteria sebagai seorang pemimpin dalam pandangan Islam yaitu, muslim; laki-laki; baligh; berakal; merdeka (bukan budak/berada dalam kekuasaan pihak lain); adil (bukan orang yang fasik dan juga bukan orang yang banyak melakukan maksiat); dan mampu (kapabel).
“Kalau kita melihat tadi ada kriteria yang keenam itu adil, adil itu dalam pandangan Islam lawannya adalah fasik atau zalim,” ungkapnya.
Luthfi membeberkan, berkaitan dengan kriteria adil, tidak dipenuhi oleh orang yang sering melakukan maksiat, banyak melakukan dosa besar maupun melakukan dosa kecil.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa tidak ada ketaatan kepada orang yang bermaksiat atau melakukan sistem yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah.
Ia mengutip QS an-Nisa ayat 59, yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu…,”.
“Jadi ketaatan yang dimaksudkan dalam berbagai penjelasan para ulama, penjelasan Al-Qur’an itu adalah ketaatan yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Bukan ketaatan kepada orang yang bermaksiat atau melakukan sistem yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah,” pungkasnya.[] Ade Sunandar