Pengamat: Meski Latihan Perang ‘Gila-gilaan’, NATO Tak akan Perangi Rusia

 Pengamat: Meski Latihan Perang ‘Gila-gilaan’, NATO Tak akan Perangi Rusia

Mediaumat.info – Kendati berencana menggelar latihan perang sebagaimana diberitakan bakal ‘gila-gilaan’ untuk bersiaga menghadapi kekuatan Rusia, negara-negara yang tergabung dalam perjanjian internasional NATO dinilai tak berniat berperang dengan Negeri Beruang Merah tersebut.

“Saya pikir NATO tidak punya niat untuk berperang dengan Rusia,” papar Pengamat Hubungan Internasional Hasbi Aswar, Ph.D. kepada media-umat.info, Jumat (19/1/2024).

Diberitakan, Komandan Tertinggi Sekutu NATO Jenderal Amerika Serikat Christopher Cavoli, mengatakan latihan ini akan dimulai pekan depan dan bakal berlangsung hingga Mei.

Artinya, latihan perang yang melibatkan pergerakan sekitar 90.000 prajurit lintas benua ini, dinilai Hasbi, sekadar pamer kekuatan kepada semua musuh-musuh global Amerika Serikat (AS) termasuk Rusia, Cina dan gerakan-gerakan perlawanan lain, seperti Hamas, Hizbullah, maupun Houthi saat ini.

Artinya pula, AS ingin menunjukkan kepada para musuhnya bahwa koalisi NATO mampu mendatangi musuh di mana pun mereka berada dengan kekuatan militer super canggih, jumlah tentara, logistik serta kemampuan bertahan berbulan-bulan dalam peperangan.

Di sisi lain, tambah Hasbi, kondisi Rusia saat ini sudah ‘terkuras’ dan masih ‘berkubang’ dalam perang Ukrania. Sementara, AS juga dipandang tak mungkin mengalokasikan biaya untuk perang baru.

“Amerika juga tidak mungkin menguras lebih dalam dananya untuk menambah biaya perang untuk perang baru yang selama ini saja sudah menggelontorkan dana di dua perang yang terjadi (Ukraina dan Gaza),” terangnya.

Karenanya, lanjut Hasbi, AS dan sekutu yang tergabung dalam NATO terkesan merasa cukup hanya dengan mengepung Rusia dari segala penjuru.

Tetapi di saat yang sama, menurut Hasbi, ada pihak yang paling dirugikan yakni masyarakat sipil pada umumnya. “Yang paling dirugikan jelas adalah masyarakat sipil,” paparnya.

Sebut saja perang di Gaza yang sampai saat berita ini dibuat, telah menewaskan hampir 25 ribu jiwa, di antaranya tak sedikit wanita dan anak-anak yang menjadi korban.

Lantaran itu, ia menyayangkan sikap dan peran pemimpin negeri-negeri Muslim saat ini hanya menjadi ‘pengekor’ dan ‘penonton’ di antara konstelasi politik dunia.

Maksudnya, untuk kepentingan negara-negara besar dan sedikit menguntungkan para pemimpin negeri Muslim, mereka akhirnya tak bisa berbuat apa-apa. “Para pemimpin (negeri) Muslim tidak bisa berbuat apa-apa untuk membela kaum Muslim yang tertindas dan akhirnya hanya menjadi penonton saja,” pungkasnya. [] Zainul Krian

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *