Pengamat: Masalah Palestina, Tidak Boleh Tertipu AS

 Pengamat: Masalah Palestina, Tidak Boleh Tertipu AS

Mediaumat.info – Menanggapi masalah Palestina yang tidak kunjung usai, Pengamat Politik Timur Tengah Rif’an Wahyudi menghimbau kaum Muslim agar tidak tertipu Amerika Serikat.

“Kita tidak boleh tertipu sebuah negara sebesar Amerika Serikat,” ujarnya dalam Kabar Petang: Muslim Sedunia Berbuka Puasa, Sementara, G4za jad! Lautan Api, Senin (26/3/2025) di kanal YouTube Khilafah News.

Alasannya, tegas Rif’an, karena AS masih berideologi kapitalisme, sekulerisme, dan liberal.

“Dari segi  thariqah atau metodologinya itu penjajahannya tetap, hanya saja teknik penjajahannya tidak lagi menggunakan cara-cara lama,” ujarnya.

Bahkan, menurutnya, sekarang hibridnya begitu hard power, sampai menginjak-injak prinsip yang mereka agungkan yakni demokrasi.

“Ini sebetulnya lonceng kematian bagi demokrasi,” beber.

Jika, ujarnya, merujuk pada buku How Democracy Die (bagaimana demokrasi mati), yang dilakukan oleh Trump seperti bergaya koboi, yang masih 100 harian menjabat, tapi sudah menimbulkan kebijakan-kebijakan yang kontroversial.

“Ya seperti mengakuisisi Meksiko, Greenland, Kanada, Panama, termasuk merelokasi penduduk Gaza dan seterusnya,” jelasnya.

Kemudian, lanjutnya, menyetop bantuan kepada Ukraina dan Uni Eropa, termasuk mengaktifkan uang kripto kalau dari segi moneter ini.

“Karena memang ada peran orang terdekatnya, yaitu si Elon Mask tokoh elite global yang maniak teknologi, yang menjadi orang terkaya di dunia, yang menjadi salah satu menterinya sebagai apa? Departement of Government Efficiency (DOGE),” terangnya.

Sehingga, bebernya, kebijakan AS yang untuk AS atau  nasionalisme sempitnya hanya untuk kepentingan AS saja, itu sudah menimbulkan gejolak di tingkat global bahkan termasuk Uni Eropa yang menjadi sekutu tradisional AS.

“Sehingga terutama untuk khittah atau  strategi politik luar negeri Amerika di Asia Barat atau Timur Tengah itu juga sedikit melakukan perubahan,” ujarnya.

Tidak hanya soft power dengan diplomasi dengan rekayasa-rekayasa politik saja lanjutnya, tapi juga dengan hard power, seperti dengan mengirimkan persenjataan yang  agak reda sebentar, yang Ukraina itu gencatan senjata dengan Putin, karena dianggap Rusia sebagai pemenang perang di Ukraina.

“Tapi kemudian ternyata  dikumpulkan untuk menghadapi  kaum Muslimin di Jazirah Arab, yang kemarin termasuk kapal induk AS Truman, itu nama Presiden Amerika  pada saat Perang Dunia Kedua itu, yang sempat dijadikan sasaran empuk  tapi  dengan kecanggihan teknologi dan kemampuan  militernya,” bebernya.

Sehingga kalau dari sisi kebijakan luar negerinya, lanjut Rif’an, memang ekspansif untuk kepentingan nasional sempit AS. Termasuk rencana Israel yang masih ngotot, di antaranya ingin membuat terusan sebagai Terusan Gaza pendamping Terusan Suez.

“Karena Terusan Suez sangat sibuk, overload, maka menjadi sebuah proyek ambisius yang potensi mendatangkan keuntungan besar. Meskipun agak memutar tetapi sudah direncanakan ada dua jalur terusan membelah yang nanti masuk ke Teluk Aqabah,” jelasnya.

Meskipun, tuturnya, ada analisis mengatakan kegagalan dengan penuh kecurangan dan korban manusianya juga banyak sekali.

“Itu adalah hal yang lain yang menjadikan Asia Barat terus membara begitu,” pungkasnya.[] Setiyawan Dwi

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *