Pengamat: Kepentingan Asing Bikin Konflik Sudan Berlarut

 Pengamat: Kepentingan Asing Bikin Konflik Sudan Berlarut

MediaUmat – Pengamat Hubungan Internasional Budi Mulyana menilai konflik di Sudan tidak kunjung selesai karena ada kepentingan asing di Jantung Afrika tersebut.

“Ini yang kemudian, kenapa akhirnya konflik ini tidak selesai karena memang ada kepentingan-kepentingan asing yang bermain di wilayah Sudan ini,” bebernya dalam Kabar Petang: Amerika Serikat Main Api di Sudan? di kanal YouTube Khilafah News, Sabtu (8/11/2025).

Menurutnya, banyak pihak yang memiliki kepentingan di Sudan. “Terlibatnya empat negara yaitu Amerika Serikat, Arab Saudi, Mesir, serta Uni Emirat Arab,” ulasnya.

AS, jelas Budi, tentu sedari awal punya skenario di kawasan Afrika sehingga wilayah Sudan bagian selatan lepas menjadi negara Sudan Selatan.

“Ini kan juga bagaimana Amerika Serikat berusaha menanamkan pengaruh yang lebih kuat lagi di Sudan pasnya mengambil alih dari pengaruhnya Inggris gitu,” ulasnya.

Tapi, ungkapnya, Inggris juga tidak akan melepaskan Sudan begitu saja.

“Muncul agen-agen Inggris atau sekutu-sekutu yang masih relatif dekat dengan Inggris untuk bisa memainkan pengaruhnya di sana,” ujarnya.

Menariknya, paparnya, adanya kepentingan Mesir dalam konflik Sudan ini.

“Mesir tentu terlibat karena memang dia negara yang bertetangga di sebelah utara ya,” ucapnya.

Sedangkan, imbuhnya, Arab Saudi yang terhalang oleh Laut Merah tetapi berhadap-hadapan langsung dengan wilayahnya Sudan.

Sementara, lanjutnya, Uni Emirat Arab ada indikasi kuat punya hubungan yang relatif sangat dekat dengan Rapid Support Forces (RSF) yang dipimpin Muhammad Hamdan Dagalo.

“Di sisi lain, wilayah Darfur ada kekayaan-kekayaan alam yang bisa dieksplorasi. Bahkan di situ sudah ada Uni Emirat Arab yang masuk ke sana, sehingga secara ekonomis itu bisa menguntungkan,” cetusnya.

Pada kesempatan tersebut, Budi mengungkapkan kronologi konflik Sudan.

Konflik Sudan dimulai dari adanya separatisme di Sudan Selatan, sehingga terpecah menjadi dua yaitu wilayah Sudan dan Sudan Selatan. Mereka saling berseteru satu sama lain dan eskalasi yang kedua setelah terjadi di tahun 2023 lalu.

Kemudian, jelas Budi, berhasil diredakan dengan Perjanjian Jeddah tapi ternyata itu juga tidak menyelesaikan masalah dan muncul lagi konflik yang berulang sampai detik ini.[] Novita Ratnasari

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *