MediaUmat – Merespons pengumuman Kazakhstan yang akan bergabung dengan perjanjian normalisasi dengan Israel, yang dikenal sebagai Perjanjian Abraham (Abraham Accord), Pengamat Hubungan Internasional Budi Mulyana menyatakan negeri Muslim tersebut seharusnya mendukung Palestina untuk mengusir entitas penjajah Zionis Yahudi, bukan sebaliknya.
“Suatu hal yang memprihatinkan yang dilakukan oleh negeri Muslim yang semestinya memberikan dukungan buat saudaranya Palestina untuk mengusir penjajahan Israel. Bukan malah memperkuat eksistensinya,” ujarnya kepada media-umat.com, Selasa (11/11/2025).
Budi mengungkapkan, sebenarnya Kazakhstan sudah menjalin hubungan diplomatik dengan Israel sejak kemerdekaan Kazakhstan dari Uni Sovyet pasca Perang Dingin pada 10 April 1992. Dan masing-masing sudah membuka kedutaan di masing-masing negara.
Relasi Kazakhstan dan Israel ini kata Budi sudah berjalan dengan sangat erat di berbagai bidang, politik, ekonomi bahkan sosial budaya. Sehingga
Jadi, sebut Budi, bergabungnya Kazakhstan dalam Perjanjian Abraham hanyalah penegasan untuk menguatkan isu secara global. Disamping itu juga sebagai penguatan opini untuk mendorong negara-negara lain turut bergabung dalam perjanjian yang digagas oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump tersebut.
“Dan hal ini semakin menegaskan posisi Kazakhstan sebagai negara pengikutnya Amerika Serikat dan sekutu kuatnya di Asia Tengah,” beber Budi.
Budi memandang, Kazakhstan walaupun negeri Muslim tetapi sejak kemerdekaannya telah menjadikan Islam sebagai ‘musuhnya’. Umat Islam di sana masih dibelenggu dengan rezim diktator peninggalan komunisme Sovyet.
“Maka tidak heran bila hubungannya dengan Israel sedemikian erat dan bahkan berencana memperkuat hubungannya dengan masuk ke dalam Abraham Accord,” pungkas Budi.[] Agung Sumartono
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat