MediaUmat – Tersebarnya video seorang HRD sebuah perusahaan yang menyatakan jika job fair hanya sebuah formalitas, menurut Pengamat Tenaga Kerja dari Aliansi Buruh Indonesia (ABI) Imam Ghozali justru menguak fakta lain bahwa jumlah pengangguran di Indonesia sangat tinggi.
“Di job fair itu tercatat ada sekitar 25.000 pelamar namun lowongan yang tersedia hanya 2.500. Ini menunjukkan jumlah pengangguran di negeri ini sangat banyak dilihat dari tidak seimbangnya jumlah pelamar dengan jumlah lowongan yang tersedia,” ulasnya dalam Kabar Petang: Berdesak-desakan Pengangguran di Job Fair, Tapi Cuma Formalitas? di kanal YouTube Khilafah News, Jumat (6/6/2025).
Imam menyampaikan, jika data yang selama ini disampaikan oleh pemerintah tentang bagaimana ekonomi Indonesia baik-baik saja, jumlah pengangguran tidak banyak dan cenderung menurun, patut dipertanyakan.
“Jangan-jangan data-data itu hanya bersifat pencitraan? Jangan-jangan kasus job fair kemarin hanya salah satu bagian dari kasus-kasus yang mungkin belum terungkap yaitu betapa susahnya mencari pekerjaan? Menurut saya ini adalah PR besar bagi kita,” urainya.
Ia menganalisa terkait rendahnya peluang kerja di Indonesia dari beberapa sisi. Pertama, penggunaan teknologi. “Industri-industri manufaktur sudah menggunakan teknologi canggih, automation, dsb yang menyebabkan kebutuhan akan manusia menjadi berkurang,” ujarnya.
Kedua, peluang kerja ada tetapi tidak match (cocok) dengan skill (kemampuan) pencari kerja. “Jika dirunut kenapa tidak cocok, menunjukkan kurikulum pendidikan kita bermasalah serta pendidikan tenaga kerja yang rendah karena biaya pendidikan mahal. Penanggung jawab utama atas hal ini ya pemerintah,” tambahnya.
Ketiga, penggunaan tenaga kerja asing. “Indonesia sudah terikat dengan perjanjian bilateral jika akan investasi di sini maka juga diperbolehkan membawa orang-orangnya juga dengan alasan memudahkan koordinasi, mempercepat proyek, dsb. Adanya tenaga kerja asing menunjukkan bahwa negeri ini masih tunduk kepada asing dan lebih mengutamakan asing daripada putra bangsa,” bebernya.
Terakhir, peluang kerja rendah menunjukkan ekonomi Indonesia sedang bermasalah. “Kalau ekonomi bermasalah akan membuat daya beli menurun sehingga produksi menurun, otomatis industri juga menurun. Selain itu juga menyebabkan usaha-usaha tutup dan investor pindah ke negara lain,” tandasnya.
Imam menyatakan, penyebab ekonomi bermasalah karena menggunakan ekonomi kapitalis yang mengukur besarnya investor itu menunjukkan prestasi negeri ini. Padahal investasinya adalah investasi pada usaha nonriil.
“Investasi pada sektor riil menyebabkan investor mudah hengkang sehingga bisa menyebabkan kegoncangan fiskal, mata uang tidak stabil, muncul masalah ketenagakerjaan, dll. Ekonomi menjadi bermasalah ya karena kita salah mengambil sistem,” pungkasnya.[] Erlina
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat