Pengamat Heran, Tak Punya Andil Kok Bisa Dapat Nobel Perdamaian

MediaUmat Direktur Siyasah Institute Iwan Januar heran atas pemberian Nobel Perdamaian terhadap Maria Corina Machado yang dinilai tidak punya andil terhadap perdamaian dimaksud. “Padahal tidak punya andil terhadap perdamaian,” ujarnya kepada media-umat.com, Sabtu (11/10/2025).

Adalah baru-baru ini Maria Corina Machado dianggap sebagai pahlawan selepas menerima Nobel Perdamaian 2025. Jasanya, memperjuangkan demokrasi di Venezuela yang dicengkeram kekuasaan otoriter kelompok kiri dan dihancurkan dengan sanksi ekonomi Amerika Serikat (AS).

Tetapi jika menelaah rekam jejak politik Machado, tak bisa dipungkiri sarat dengan muatan yang justru berlawanan dengan perdamaian. Di antaranya, pernah menjadi juru bicara yang vokal dan loyal bagi kebijakan regime change Washington di Venezuela.

Artinya, sebagaimana tulisan Raymond Samuel berjudul Ironi Nobel Perdamaian untuk Maria Machado, yang dimuat di merdika.id (12/10), Machado adalah sosok yang secara terbuka mendukung sanksi ekonomi Amerika Serikat (AS) terhadap Venezuela. Sanksi ini, sering disebut sebagai bentuk peperangan senyap, memotong akses terhadap obat-obatan, makanan, dan energi, yang menyebabkan penderitaan massal di kalangan rakyat miskin Venezuela.

Sanksi ekonomi semacam itu, meski tak meletuskan peluru sebutir pun, dapat menewaskan lebih banyak orang daripada konflik bersenjata. Lalu, bagaimana mungkin seseorang yang gigih mendorong bentuk kekerasan struktural ini bisa disebut sebagai pejuang perdamaian?

Selain itu, rekam jejaknya mencakup seruan terbuka untuk intervensi militer asing. Ia bahkan pernah secara langsung memohon bantuan kepada penjahat kemanusiaan, seperti Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu, yang tentu saja di belakangnya ada AS, untuk “membebaskan” Venezuela dengan dalih “kebebasan.”

Namun siapa sangka, kata Iwan lebih lanjut, di balik seruan terbuka tersebut, Amerika Serikatlah yang akan mendapatkan keuntungan jika dikaitkan dengan Venezuela yang menurut laporan tahunan OPEC 2023 dan U.S. Energy Information Administration (EIA), memiliki cadangan minyak mentah terbukti terbesar di dunia, dengan perkiraan sekitar 303 miliar (Bbbl) pada tahun 2023.

Invasi Amerika Serikat ke Venezuela juga bernilai ekonomis karena akan menjadikan cadangan minyak bumi yang berlimpah dikuasai perusahaan-perusahaan mereka,” ungkap Iwan, yang berarti hal ini akan menjadikan AS sebagai pengendali utama perdagangan minyak dunia.

Sekadar perbandingan, masih menurut laporan tahunan OPEC 2023 dan Badan Informasi Energi EIA, AS memiliki sekitar 55 miliar Bbbl, menempatkannya di posisi kesembilan secara global. Ini berarti cadangan Venezuela lima kali lebih besar daripada AS.

Kejahatan Besar Kemanusiaan

Di sisi lain, Machado juga dinilai sebagai pihak yang justru mendukung kejahatan besar terhadap kemanusiaan. Hal ini tampak dari pernyataan-pernyataan yang tak hanya mendukung Partai Likud pimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, tetapi juga terkesan mendorong genosida di Gaza.

Dalam salah satu unggahan lama yang kembali beredar, Machado menulis, “Perjuangan Venezuela adalah perjuangan Israel”, serta menyebut Israel sebagai “sekutu sejati kebebasan”.

Sama halnya diungkap Anggota Parlemen Norwegia Bjornar Moxnes, Machado pernah menandatangani dokumen kerja sama dengan Partai Likud pada 2020, dan menilai hal itu tidak sejalan dengan tujuan pemberian penghargaan Nobel.

Pun Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) turut mengecam penetapan Machado, menyebutnya sebagai “keputusan yang tidak berperikemanusiaan” dan menilai langkah tersebut merusak reputasi Komite Nobel.

Machado sebelumnya juga dikritik atas suratnya pada 2018 yang ditujukan kepada para pemimpin Israel dan Argentina, yang meminta dukungan untuk “membongkar rezim kriminal Venezuela.”

Padahal, sebagaimana dipaparkan sebelumnya, di balik tekad, perjuangan, dan kesetiaan Machado pada cita-cita demokrasi, ada bayang-bayang kelam kelompok pendukung genosida.

Dengan kata lain, kedoknya sekarang terbongkar. “Machado diketahui beri dukungan pada Israel padahal seluruh dunia mengutuk tindakan genosida di Gaza,” ungkap Iwan kembali menegaskan.

Karenanya, terhadap peristiwa ini setidaknya umat bisa mengambil pelajaran penting betapa sering kali musuh-musuh kemanusiaan dan Islam justru diberi panggung oleh Barat.

Pelajaran penting yang bisa dipetik adalah sering kali musuh-musuh kemanusiaan dan Islam justru diberi panggung oleh Barat,” pungkasnya.[] Zainul Krian

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: