Pengamat: Gencatan Senjata Zionis Hanya Omon-Omon

Mediaumat.info – Menyikapi adanya blokade pemutusan listrik di wilayah Gaza oleh Zionis Yahudi di saat gencatan senjata, Pengamat Timur Tengah Rif’an Wahyudi menilai gencatan senjata hanyalah omon-omon.
“Sehingga sepertinya memang gencatan senjata itu hanya omdo, ya hanya omon-omon saja,” ujarnya dalam Kabar Petang: Gaz4 Is Not for Sale, Ahad (16/3/2025) di kanal YouTube Khilafah News.
Karena, menurutnya, Zionis memainkan perang urat sarafnya yakni dengan memutus pasokan listrik yang itu berimplikasi terhadap penyediaan air bersih.
“Sehingga terancam 1 juta penduduk Gaza menjadi kehausan meskipun di tengah bulan Ramadhan, tapi kebutuhan air itu lebih urgen ya dibandingkan dengan katakanlah kebutuhan terhadap makanan, meskipun untuk makanan dan logistik sudah diblokade cukup lama,” bebernya.
Menurutnya, ini merupakan bagian dari perang urat saraf atau perang psikologis untuk penduduk Gaza.
“Tetapi gencatan senjata yang dilakukan atas desakan opini global, opini dunia, itu ternyata juga dilakukan oleh entitas Zionis Israel itu dengan ogah-ogahan hanya terakhir-terakhir malah dia (Zionis) ingin dilanjutkan,” jelasnya.
Karena, menurutnya, kedua pihak juga sedang menyusun kekuatan untuk berperang lagi, ini tinggal penentunya adalah Amerika Serikat sebagai induknya.
“Apalagi kalau kebijakan luar negeri Amerika Serikat untuk mengurangi bantuan Amerika kepada operasi baik operasi militer maupun operasi-operasi politik yang dilakukan di luar Amerika itu nanti juga akan berimbas kepada kebijakan Amerika di Gaza,” jelasnya.
Sehingga tuturnya, mereka tentu tidak peduli dengan penderitaan yang dialami yang dirasakan oleh penduduk Gaza, apalagi tidak hanya Gaza sekarang yang diserang oleh kebandelan entitas zionis Israel, di tepi barat itu juga kaum Muslim juga diteror bahkan juga diserbu.
Mengkhianati
Rif’an menuturkan, entitas Zionis sejak awal diumumkan gencatan senjata sudah mengkhianati di tahap awalnya gencatan senjata.
“Karena nanti kan ada ada tahap kedua yaitu itu terkait dengan pelepasan sandera kedua belah pihak yang masih negosiasinya sangat alot gitu ya karena dan katanya yang untuk tahap dua ini lebih rumit lebih kompleks,” jelasnya.
Karena, ujarnya, tokoh-tokoh tahanan politik di kedua belah pihak yang kelas paus atau kakap atau komandan-komandannya itu masih saling mengintip kekuatannya untuk ditukar dengan tahanan politik.
“Sehingga kondisi instabilitas yang terjadi itu ya menambah panjang bencana kemanusiaan,” bebernya.
Jadi, lanjutnya, kalau kemarin genosida itu sudah dilakukan, meskipun dengan ketabahan masyarakat Gaza itu masih bisa bertahan.
“Tetapi sampai kapan kan begitu pertanyaannya, apalagi dengan perang urat saraf seperti saat ini dengan pemutusan aliran listrik, bahkan di awal-awal perang ketika Operasi Badai Al-Aqsha 7 Oktober 2023 yang lalu itu terjadi black out tidak hanya listrik tapi juga air otomatis mengarus sampai kepada sinyal, sehingga padam kemudian enggak ada air, kemudian juga komunikasi, enggak bisa dan seterusnya itu benar-benar mencekam,” pungkasnya.[] Setiyawan Dwi
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat