Pengamat: Demonstrasi Nepal Harus Mampu Sadarkan Umat

MediaUmat Aksi demonstrasi yang mengguncang hingga meruntuhkan pemerintahan Nepal beberapa hari lalu, mestinya mampu membangun kesadaran umat Islam bahwa aturan hakiki hanya aturan Ilahi.

“Ini mestinya membangun kesadaran bahwa aturan hakiki adalah lahir dari Yang Maha Mengetahui kebutuhan asasi dari manusia. Itulah aturan Ilahi,” ujar Pengamat Hubungan Internasional Budi Mulyana kepada media-umat.com, Senin (15/9/2025).

Dengan kata lain, tegas Budi, aturan dimaksud adalah Islam yang memiliki sifat mendasar, sesungguhnya, dan tidak dapat diabaikan atau dihilangkan dari suatu sistem. Makna ini mencakup arti sebenarnya atau kebenaran yang terkandung dalam sebuah aturan, sehingga menjadi prinsip dasar yang tidak bisa diganti atau dimanipulasi.

Sementara demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang menyerahkan semua aturan, dalam konteks hukum di suatu negara, kepada manusia. Dan celakanya, kata Budi mengungkapkan, prinsip ini selalu berujung pada kesengsaraan.

Artinya, menurut Budi, kerusuhan yang membesar dan meruntuhkan pemerintahan di Nepal, dikarenakan akumulasi banyak hal buruk dari penerapan sistem demokrasi. Di antaranya masifnya perilaku koruptif dari para pejabat publik dibarengi dengan sikap suka pamer (flexing) di media sosial yang secara tidak langsung mempertontonkan kesenjangan sosial di sana.

Artinya pula, terangnya, pemblokiran media sosial yang dianggap faktor utama terjadinya aksi besar-besaran di Nepal hanyalah kasus pemicu.

“Pemblokiran media sosial hanya belli case atau kasus pemicu saja,” tegasnya, menjawab faktor-faktor meletusnya aksi yang didominasi oleh Gen Z tersebut.

Sedangkan faktor utama sebagaimana disinggung sebelumnya, adalah kezaliman dan ketidakadilan dari aturan yang dibuat oleh manusia yang berpihak kepada segelintir orang.

Tak berhenti di situ, asas manfaat dan kepentingan di dalamnya, tambah Budi menganalisis, merupakan pangkal dari berbagai reaksi yang menimbulkan keresahan dan terakumulasi menjadi gejolak sosial hingga tercipta kerusuhan dan penggulingan penguasa.

Karena itu, sebut Budi, meski awalnya dianggap representasi dari partisipasi rakyat, tetapi sebenarnya demokrasi adalah ilusi.

“Sistem ini punya celah untuk bisa masuk kepentingan pribadi dan kelompok yang mengatasnamakan kehendak rakyat,” kata Budi menjelaskan tentang praktik demokrasi.

Maka, terlepas mau atau tidak, manusia hendaknya kembali ke aturan yang hakiki, yakni aturan yang berasal dari Sang Pencipta, Allah Yang Maha Benar. “Kembalilah kepada aturan Sang Pencipta,” pungkasnya.[] Zainul Krian

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: