Peneliti Jepang: Cesium-137 di Udang Indonesia Aman tapi Ada yang Janggal

MediaUmat Kontaminasi radioaktif Cesium-137 yang ditemukan dalam ekspor udang dari Indonesia ke Amerika Serikat dinilai Peneliti Nuklir dan Mahasiswa Doktoral Nuclir Engineering Institute of Science Tokyo Andika Putra Dwijayanto, tidak berbahaya tetapi menunjukkan adanya anomali (janggal).

“Kontaminasi radiasinya memang tidak berbahaya karena kontaminasinya jauh di bawah batas yang ditetapkan oleh USFDA itu sendiri, tetapi itu kan menunjukkan adanya anomali,” ujarnya dalam Kabar Petang Jejak Maut Cesium 137 di Jantung Industri Cikande, Kok Bisa? di kanal YouTube Khilafah News, Rabu, (15/10/2025).

Andika menjelaskan, di negara-negara maju kalau ada produk ekspor (produk impor dari negara mana pun) itu pasti akan melewati namanya radiation portal monitor (RPM). Itu untuk mendeteksi ada kontaminasi radiasi atau tidak. Menurutnya radiasi nuklir itu sendiri sering dipakai untuk sterilisasi produk sebelum diekspor.

Ia menuturkan, batch itu ditracing dari mana? Oh, ternyata ini dari Indonesia. “Dari Indonesia dari mana sumbernya? Dari kawasan Cikande Banten. Nah, dari sana baru kemudian USFDA bekerja sama dengan Bapeten kemudian mendeteksi di sana dan diketahuilah adanya kontaminasi di situ,” sambungnya.

Setelah penyelidikan, kata Andika, batch itu bukan dari Indonesia, itu pasti dari luar karena Indonesia tidak punya pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

“Sebenarnya Indonesia punya reaktor nuklir. Cuma masalahnya adalah bahan Cesium 137 itu memang enggak mungkin tiba-tiba ada di situ aja. Itu pasti ada sumber kontaminasi dari satu tempat. Dan diduga berasal dari Filipina. Indonesia mengimpor besi bekas dari Filipina,” ungkapnya.

“Kok bisa dari Filipina? Padahal Filipina itu sendiri kan enggak punya PLTN,” lanjut Andika.

Menurutnya, sumber Cesium 137 enggak cuma dari PLTN, tapi juga bisa dari sumber radiasi lain, contohnya kamera Gamma atau non-destructive test (NDT).

Lebih lanjut, Andika menyebutkan, ketika selesai usia pakainya ketika dibuang disposal itu enggak sesuai regulasi.

“Bisa jadi di sana enggak ada pengolahan limbah radioaktif secara tepat atau memang yang punyanya enggak mau membuangnya berdasarkan regulasi kemudian diekspor sebagai besi bekas,” bebernya.

Fenomena Mirip Tragedi Goiania

Andika menyampaikan, peristiwa ini mengingatkan kembali kejadian di Goiania, Brasil.

“Ini kejadiannya mirip dengan yang terjadi di Goiania, Brazil yaitu ketika ada sumber Cesium 137 yang tidak dibuang seharusnya sesuai regulasi, kemudian dicuri oleh orang yang tidak paham itu benda apa yang mereka ambil itu sehingga menyebabkan kontaminasi radiasi yang besar sekali di pantai Goiania yang sampai korban jiwanya yang dikubur dalam peti mayat yang memiliki proteksi radiasi cukup kuat supaya radiasi enggak nyebar ke mana-mana,” jelasnya.

Nah, orang sini kan enggak tahu, ucap Andika, ya udah dipakai saja, maksudnya diolah saja sebagai scrap metal, dilebur, diproses tanpa tahu bahwasanya itu mengandung kontaminasi.

Koordinasi Tidak Bagus

Andika menyoroti koordinasi antar lembaga yang kurang bagus. “Boleh dibilang koordinasi antar lembaga kita di perkara impor ini memang enggak terlalu baguslah,” ujarnya.

Ia juga menilai kurangnya kontrol dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten). Bapeten itu seharusnya melaksanakan pengawasannya dengan baik. Di seluruh Indonesia Bapeten itu seharusnya ada.

“Kondisi badan pengawas yang anggarannya kurang, SDM-nya juga terbatas sekali, sulit bagi mereka untuk bisa mengawasi semuanya. Bapeten itu sendiri enggak punya sumber daya yang cukup untuk bisa memastikan tidak ada satu pun material radioaktif ilegal yang masuk ke sini. termasuk radiation portal monitor kita di pelabuhan-pelabuhan itu bisa dikatakan kurang memadai,” paparnya.

Jadi kejadian seperti ini, menurutnya, sangat memungkinkan untuk terjadi lost (berulang).

“Pasalnya memang radiation portal monitor (RPM) kita kurang memadai, pengawasan juga agak sulit dengan sumber daya manusia dan anggaran dari badan pengawas yang bisa dikatakan tidak memadailah,” tutup Andika.[] Muhammad Nur

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: