Pendidikan Nasional Lahirkan Generasi Kosong Iman dan Lemah Karakter

MediaUmat.info – Pendidikan nasional yang diklaim religius ternyata hanya melahirkan generasi yang kosong iman dan lemah karakter. Kesimpulan ini ditegaskan pengasuh dan pengajar pesantren Ustadz Ade Sudiana; praktisi pembinaan parenting Iwan Januar, dan pembina kesiswaan sekaligus pakar manajemen SDM Karebet Wijayakusuma dalam siniar Katanya Religius, Tapi Imannya Tandus, Pendidikannya (banyak) Kasus | Sepulang Mengajar, Jumat (9/5/2025) di kanal Youtube Guru Muslim Inspiratif.
“Secara tampilan kita tampak religius. Tapi fakta sosial justru memperlihatkan kebobrokan moral di mana-mana,” ujar Iwan.
Ironisnya, sambung Ade, lembaga pendidikan yang mengajarkan agama justru gagal membentuk pribadi beriman. Anak-anak bisa hafal doa, lancar membaca Al-Qur’an, tetapi tidak memahami makna hidup bertauhid.
“Karena iman tidak ditanamkan sebagai ruh pendidikan, anak-anak hanya jadi penghafal doa, bukan pengamal Islam,” jelas Ade.
Fenomena ini, menurut Karebet, membuktikan bahwa sistem pendidikan hari ini telah menjauh dari peran fundamentalnya dalam membentuk manusia bertakwa. Pendidikan hanya menjadi alat administratif negara dan komoditas pasar.
“Kita terlalu sibuk mendidik anak untuk lulus ujian, tapi lupa membentuk jiwanya. Akibatnya, muncul anak-anak yang cerdas tapi nihil adab,” tegasnya.
Para narasumber menegaskan, kegagalan ini bukan semata kesalahan guru atau siswa secara personal, melainkan buah dari sistem sekuler yang menjauhkan agama dari kehidupan nyata.
“Selama iman tak jadi ruh pendidikan, kita hanya hasilkan lulusan yang paham teori Islam tapi hidup dalam ketakutan kepada sistem, bukan kepada Allah,” ucap Iwan.
Lebih parah, lembaga pendidikan Islam pun ikut arus sekularisasi. Kurikulum dibuat tanpa arah ideologis, dan guru tak dibekali visi pembentukan manusia beriman.
“Bahkan di lembaga Islam, banyak guru yang tidak sadar tugas utamanya adalah membina jiwa anak dengan Islam, bukan hanya menyampaikan materi,” terang Ade.
Karena itu, sambung Karebet, solusi yang dibutuhkan bukanlah reformasi teknis semata, tetapi revolusi sistemik. Pendidikan harus kembali menjadikan tauhid sebagai pusat orientasi, bukan pelengkap kurikulum.
“Iman harus menjadi fondasi. Tanpa itu, semua pendidikan hanya membentuk topeng, bukan manusia sejati,” tegasnya.
Ketiga narasumber sepakat pendidikan hari ini tengah menuju kehancuran ideologis jika tidak segera dikembalikan kepada poros keimanan.
“Pendidikan yang tidak berlandaskan keimanan akan mengarah pada kehancuran ideologis. Kita harus segera kembali kepada poros tauhid untuk menyelamatkan generasi mendatang,” tegas Karebet.
Mereka juga menyebut, perubahan sistem pendidikan yang tidak berdasarkan tauhid hanya akan menghasilkan generasi yang terpecah antara keyakinan dan tindakan, yang berakibat pada munculnya pemikiran yang tidak konsisten dengan ajaran Islam.
“Generasi yang terpecah antara apa yang diyakini dan apa yang dipraktikkan hanya akan menghasilkan pemikiran yang tidak konsisten dengan Islam,” pungkas Iwan.[] Zainard
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat