Pemred Al-Waie: Toleransi-Intoleransi, Istilah Propaganda Serang Umat Islam

 Pemred Al-Waie: Toleransi-Intoleransi, Istilah Propaganda Serang Umat Islam

Mediaumat.info – Istilah toleransi dan intoleransi yang kerap muncul terutama di bulan Desember, dinilai sebagai bentuk propaganda untuk menyerang umat Islam.

“Kata toleransi dan intoleransi ini adalah suatu istilah propaganda yang digunakan sekarang ini oleh musuh-musuh Islam untuk menyerang umat Islam,” ujar Farid Wadjdi, Pemimpin Redaksi Majalah Al-Waie, saat wawancara live dengan Radio Dakta 107.0 MHz FM Bekasi, Rabu (27/12/2023) pagi.

Pasalnya, umat Islam seolah-olah tidak toleran ketika semisal tak menghadiri atau sekadar mengucapkan selamat Natal, setelah sebelumnya kaum Nasrani mengucapkan selamat Idul Fitri atau Idul Adha.

Bahkan lebih dari itu, umat Islam pun bakal dituding radikal hingga dikaitkan dengan terorisme. “Kalau dia radikal, berarti dia teroris,” kata Farid, yang menyebut hal ini sebagai suatu kesalahan besar.

Padahal, seperti diketahui bersama, selama lebih dari 1300 tahun berada di bawah naungan kekhilafahan Islam, warga non-Muslim dapat hidup damai dengan tetap bisa menjalankan segala peribadatan mereka.

“Di Palestina, itu ketika di bawah naungan khilafah Islam, di situ ada orang-orang non-Muslim, di situ ada orang-orang Kristen, sampai sekarang,” ungkapnya, memisalkan.

“Bahkan gereja-gereja tua mereka itu tidak pernah dihancurkan,” tambah Farid.

Secara teladan pun, kata Farid lebih lanjut, Rasulullah SAW serta para Khulafaur Rasyidin telah menunjukkan betapa adilnya hukum Islam. Tak ayal, tak sedikit kaum Yahudi yang lantas kemudian masuk Islam pasca-melihat sendiri keagungan Islam.

Sebutlah salah satunya Khalifah Umar bin Khattab yang memerintahkan membangun kembali rumah seorang Yahudi yang sebelumnya digusur dan mengadu karena merasa telah diperlakukan tidak adil.

Padahal, ketika itu, Wali Mesir Amr bin ‘Ash, bermaksud memperluas bangunan sebuah masjid. Meski mendapatkan ganti rugi yang pantas, sang Yahudi menolak penggusuran tersebut dan datang ke Madinah untuk mengadukan permasalahan tersebut kepada Khalifah Umar bin Khattab.

“Inilah kalau kita lihat sikap kaum Muslimin terhadap non-Muslim,” cetus Farid.

Namun saat ini, justru seringkali tampak jelas upaya-upaya menyerang dan menyudutkan umat Islam termasuk dengan propaganda intoleransi, yang menurut Farid menyedihkan itu.

Pedoman Hidup

Untuk itu, penting menurutnya, seorang Mukmin menjadikan akidah Islam sebagai dasar keimanan, dan syariah Islam sebagai aturan yang menjadi pedoman hidup.

“Hidup kita ini harus menjadikan dua patokan ini sebagai pegangan,” tegasnya mengenai pentingnya berpegang pada syariat Islam, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS al-Maidah: 48 yang artinya, ‘Hukumilah mereka dengan apa-apa yang diturunkan oleh Allah SWT’.

Lantaran itu, dalam pandangan Islam, haram hukumnya kaum Muslim turut merayakan hari raya agama lain, termasuk Natal, Imlek, dsb.

Sebab hal ini terkategori tasyabbuh bil kuffar, atau penyerupaan terhadap orang-orang kafir dalam hal akidah, ibadah atau tata cara kekhususan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, yang artinya: ‘Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk di antara mereka’ (HR Ahmad).

“Ini pedoman yang harus dipegang terlebih dahulu oleh kaum Muslimin,” tandas Farid.

Sebaliknya, sebagaimana pula dicontohkan Rasulullah SAW, bentuk hubungan dengan non-Muslim pun kaum Muslim tak boleh memaksa non-Muslim masuk Islam.

Di saat yang sama, juga tak boleh menghalangi umat agama lain untuk beribadah menurut keyakinan mereka. Meski sekalipun mereka telah disebut kafir dan tetap dicela di dalam Islam.

“Itu keyakinan mereka, kita tidak boleh kemudian menghalangi mereka untuk merayakan agama mereka,” cetusnya kembali.

Farid menambahkan, dalam berbagai persoalan kemasyarakatan, umat juga harus merujuk kepada hukum Islam, yang notabene terbukti mampu menjamin keamanan, kesejahteraan, hingga pendidikan setiap warga negara baik Muslim maupun non-Muslim.

“Yang ini diatur posisi orang-orang non-Muslim di sana, diatur dengan hukum terkait ahlu zimmah,” terangnya, menyinggung kaum kafir yang hidup di bawah naungan khilafah yang menerapkan syariat Islam secara kaffah.

Karena itu, terhadap orang kafir, sekali lagi Farid menegaskan, jangan sekali-kali mengajari umat Islam seputar toleransi beragama. “(Maka) jangan ajarkan umat Islam tentang intoleran atau tidak,” pungkasnya.[] Zainul Krian

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *