Pembebasan Baitulmaqdis Bukan Perjuangan Satu Orang, tapi Antargenerasi

MediaUmat – Aktivis Palestina dan Motivator Hijrah Annisa Theresia menyatakan perjuangan pembebasan Baitulmaqdis bukan cuma perjuangan satu orang, tetapi perjuangan antargenerasi.
“Perjuangan Baitulmaqdis itu bukan cuma perjuangan satu orang tapi perjuangan generasi, antargenerasi. Dan insyaallah, tugas kita menyiapkan generasi pembebas itu dari rahim-rahim kita, keluarga kita dan dari surrounding (sekitarnya) kita,” ujarnya dalam Indepth Talk: Macron Datang, Angin Normalisasi dengan Zionis Makin Kencang? di kanal YouTube Institut Muslimah Negarawan, Jumat (30/5/2025).
Menurut Tere, sapaan akrabnya, setiap Muslim yang turut mengambil peran dalam proyek pembebasan Baitulmaqdis, mesti konsisten menimba ilmu dan senantiasa husnudzan bahwa pertolongan Allah itu dekat.
“Teruslah menimba ilmu agar kita tetap dikasih Allah kesempatan jadi kelompok terdepan bersama dengan para penjaga Baitulmaqdis di Gaza untuk bertahan, berjuang ribat sampai Allah menangkan, sampai kita pulang dalam keadaan mati syahid. Insyaallah,” tuturnya.
Ia khawatir, minimnya ilmu akan membuat umat Muslim beranggapan isu Palestina hanya sekadar konflik tapal batas, padahal masalah Palestina ini adalah masalah serius.
“Ini sesungguhnya masalah yang sangat serius. Kenapa? Karena ancamannya adalah kita akan kehilangan seluruh tanah suci umat Islam kalau Israel ini terus dikasih ruang untuk eksis,” jelasnya.
Ditambah lagi, tuturnya, kondisinya begitu parah, lebih dari 60.000 orang syahid, lebih dari 20.000 anak sudah termasuk di dalamnya, 1400 di antaranya para dokter, dan seluruh layanan rumah sakit di Gaza pun sudah tidak ada lagi yang beroperasi.
Ia menambahkan, warga Gaza terus dilaparkan, kebanyakan mereka makan tiga hari sekali.
Menurutnya, tanpa asas ilmu yang benar, umat di negeri ini akan jauh dari persatuan dan tidak mampu mengidentifikasi musuh yang sebenarnya.
“Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Prancis itu berbagi peran yang luar biasa. Walaupun mereka sekarang sedang main dramaturgi, seolah-olah Netanyahu berantem sama Macron, padahal tujuan akhirnya sama, ending-nya mau hancurin Al-Aqsha,” cetusnya.
Namun, ia melihat, saat ini dalam konteks keseluruhan, para pemimpin negeri-negeri Islam sudah tidak bisa diharapkan lagi, termasuk pemimpin Indonesia yang justru berkeinginan untuk menormalisasi hubungan dengan Israel.
Ia juga mengungkapkan, Indonesia ternyata berpartisipasi menyumbang bahan baku nikel dari Halmahera untuk persenjataan Israel.
“Kebayang enggak, kalau kita tahu, ternyata barang baku untuk pembuatan persenjataan Israel itu bersumber dari Indonesia? Dan kondisi ini, terus diperkeruh dengan kabinet yang semakin jual diri,” bebernya.
Karenanya, Tere mengingatkan, jika musuh-musuh Islam yang berada di jalan kebatilan saja sangat profesional dan serius bekerja sama serta mengerahkan segala kemampuannya, seharusnya umat Islam pun demikian dalam spirit persatuan karena saat ini umat Islam banyak tetapi seperti buih.
“Saya lihat sekarang itu persis kayak Minions, ada satu figur bilang A ikut A, satu figur bilang B ikut B, akalnya belum dipakai, kemampuan analitiknya juga belum optimal sehingga ya, inilah yang terjadi di negeri ini, kita banyak tapi seperti buih. Makanya kita perlu lagi-lagi penguatan,” jelasnya.
Ia menuturkan, jika merujuk kepada dalil serta contoh yang telah dilakukan para pendahulu, para salafush shalih, solusi untuk Palestina sudah jelas formulanya.
“Intinya itu kan sudah ada formulanya dari Allah, kita tinggal ngerjain. Cuma problemnya, kita siap enggak bergerak dalam harmoni. Karena, enggak semuanya memainkan nada do (kalau bahasa musikalnya). Ada yang do, ada yang mi, ada yang sol, tapi itu menjadi harmonisasi yang indah,” pungkasnya.[] Tenira
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat