Pasca-27 Tahun Reformasi, Warisan Jokowi Hidup Berburu Kekuasaan

MediaUmat Pasca 27 tahun reformasi berjalan, Aktivis ’98 Ray Rangkuti menggambarkan warisan yang dikembangkan oleh mantan Presiden RI Jokowi adalah hidup ini berburu kekuasaan, bukan berburu kebaikan, bukan berburu kebajikan.

“Warisan yang dikembangkan oleh Pak Jokowi bahwa hidup ini berburu kekuasaan. Bukan berburu kebaikan, bukan berburu kebajikan,” ulasnya dalam siniar Setelah 27 Tahun Reformasi 98 Akhirnya Ray Bocorkan Rahasia di Balik Peristiwa, Ahad (25/5/2025) di kanal YouTube Abraham Samad Speak Up.

“Saking hebatnya kekuasaan itu anak dipaksakan wali kota, mantu wali kota. Mau mundur anak jadi wakil presiden, lalu mantu jadi gubernur, yang satunya jadi ketua partai baru 2 hari jadi anggota,” sambungnya.

Menurut Ray, yang dilakukan tidak bersandarkan baik dan tidak baik. “Karena cara melihatnya itu adalah kepentingan publik, bukan kepentingan saya. Karena dia menimbulkan mudarat. Karena lebih banyak mudaratnya ketimbang manfaatnya. Dan itu sekarang yang sedang berlangsung,” jelasnya.

Walhasil, jelas Ray, cara pandangnya itu cara pandang penguasa kepentingan penguasa. “Dasarnya adalah saya (penguasa) harus dilindungi, hak-hak saya (penguasa) harus dijamin,” sebutnya yang juga Direktur Eksekutif Lingkar Madani.

Maka, sebut Ray, ketika orang mengambil posisi melakukan kritik itu dianggap soal enggak berkuasa dan berkuasa.  “Sengaja diproduksi,” cetusnya.

Jadi, kalau orang kritik kritis betul, ujarnya, itu dituduh karena belum dapat jabatan.

“Itu Bung Ray sama Abraham enggak dapat jabatan, tukang nyinyir, orang dipandang ya orang dibuat, semata orang tuh dibuat, sebagai makhluk pemburu kekuasaan,” tukasnya.

Menurutnya banyak yang tiba-tiba menurunkan standar reformasi agar ikut kekuasaan.

“Sudah enggak bisa lagi menyatakan kecewa,” sesalnya. Pasalnya sebutnya terlalu lazim terlalu umum.[] Muhammad Nur

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: