Panama Izinkan AS Gelar Pasukan di Terusan Panama, Hasil Tekanan Trump

Mediaumat.info – Diizinkannya Amerika Serikat untuk mengerahkan pasukan ke Terusan Panama padahal sebelumnya negara tersebut menolak Terusan Panama dicaplok AS, menurut Pengamat Politik Internasional dari Geopolitical Institute Hasbi Aswar, Ph.D. merupakan hasil dari tekanan-tekanan Presiden AS Donald Trump ke pemerintah Panama.

“Saya kira ini adalah hasil dari tekanan-tekanan ke Panama yang dilakukan Donald Trump sejak terpilih sebagai presiden AS,” ujarnya kepada media-umat.info, Rabu (16/4/2025).

Hasbi memandang, dengan slogan mengembalikan kejayaan AS, Trump terlihat berupaya mengokohkan dominasi dan hegemoninya di semua kawasan dengan berbagai cara. Terkhusus di wilayah Amerika Selatan.

Hasbi mengungkapkan, di Terusan Panama sendiri, Cina memang telah menggunakan jalur ini secara aktif untuk perdagangan mereka di kawasan Amerika, tercatat sekitar lebih dari 20% kapal kargo Cina melewati kawasan ini yang menempati posisi kedua setelah AS. Sementara itu Amerika juga mengkhawatirkan kehadiran Cina di Panama dengan berbagai investasi yang membuat Panama semakin pro terhadap Cina dalam berbagai kebijakan, seperti dukungan terhadap Belt and Road Initiative (BRI), yaitu inisiatif pembangunan infrastruktur global yang diprakarsai oleh Cina, dan dukungan kepada Cina terkait isu Taiwan.

Hal inilah, kata Hasbi, yang membuat Trump resah dan ingin menarik kembali Panama dekat ke AS dan menjauh dari Cina.

Hasbi menilai, Cina maupun AS selama ini menggunakan ekonomi (investasi, perdagangan, dan utang) sebagai alat politik untuk menekan negara lain. AS maupun Cina paham dengan strategi mereka satu sama lain, jadi meskipun Cina menggunakan bahasa proyek BRI atau investasi dan kerja sama ekonomi, AS pasti memahami itu sebagai upaya menggerus pengaruh politik AS di berbagai kawasan. Hal itu juga berlaku sebaliknya.

Terakhir, menurut Hasbi, sebagai negara kapitalis yang pragmatis, baik Cina maupun AS akan selalu menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan kepentingan mereka semaksimal mungkin tanpa peduli dampaknya terhadap negara lain.

“Ini memang telah menjadi tabiat dari kolonialisme ala kapitalis dari dulu sampai sekarang,” pungkasnya.[] Agung Sumartono

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: