Mediaumat.info –Kebijakan tarif Trump yang mengguncang harmonisasi hubungan dunia dinilai Direktur Pamong Institute Wahyudi al-Maroky terwujud dari watak sombongnya Presiden Donald Trump dan Negara Amerika Serikat.
“Kenapa Donald Trump dan Amerika melakukan tindakan yang begitu mengguncang harmonisasi hubungan dunia dengan negara-negara lain? Itu karena watak sombongnya,” ujar Wahyudi dalam Kabar Petang: Trump and Democrazy the Real Villain? di kanal YouTube Khilafah News, Sabtu (19/4/2025).
Karena, menurutnya, sebagai pemimpin negara besar, Donald Trump merasa semua bisa diatur, semua bisa ditundukkan, itulah kesombongan yang ditampakkan secara nyata.
Yang kedua, lanjutnya, ini juga menunjukkan bahwa karakter asli kapitalisme diungkapkan oleh Donald Trump.
“Bahwa mereka sedang mengemban ideologi kapitalisme dan menerapkan sistem kapitalisme di negaranya, dan itu ingin menundukkan berbagai negara lain dengan tunduk di bawah kepentingan Amerika dengan menggunakan sistem kapital,” bebernya.
Menurut Wahyudi, hal itu dilakukan tentu karena Donald Trump dan AS ingin mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dan dengan modal yang sekecil-kecilnya atau pengorbanan yang sekecil-kecilnnya tapi mendapatkan benefit yang besar-besarnya.
“Dan kalau kita lihat lebih lanjut, itulah menunjukkan keaslian watak orang-orang kapitalis dan sekaligus juga menunjukkan dukungan sistem kenegaraan Amerika yang menggunakan sistem kapitalisme itu mempraktikkan hal yang sangat nyata bahwa mereka tidak begitu peduli dengan kesulitan negara lain,” jelasnya.
Bahkan, tuturnya, Donald Trump dan AS tidak peduli dengan negara lain. Apakah mendapatkan kerugian atau keuntungan.
“Tapi yang pasti mereka ingin menunjukkan bahwa mereka sombong, angkuh, dan bisa mendapatkan apa pun yang mereka inginkan tanpa memedulikan efek negatif bagi negara lain,” jelasnya.
Bahkan sebenarnya beber Wahyudi, juga tidak efektif bagi rakyatnya sendiri. “Saya pikir ini karakter yang muncul dari pernyataan Donald Trump dengan bahasa-bahasa yang provokatif dan angkuh,” jelasnya.
Momentum
Wahyudi juga mengungkapkan, kebijakan tarif Trump sebenarnya menjadi momentum untuk membuat kelompok tandingan baru yang bisa menghadapi Amerika Serikat atau aliansi baru yang bisa mempersolid untuk menghadapi keangkuhan AS, maupun kebijakan-kebijakan yang merugikan negara-negara tersebut yang diberikan oleh dampak dari kebijakan AS.
“Nah, ini mestinya bisa diambil kesempatan ini. Negara-negara Muslim terutama yang begitu banyak yang ada lebih 50 negara itu, mestinya bisa bersatu kemudian untuk membuat kesepakatan bersama demi mengantisipasi dampak negatif dari kebijakan Amerika yang disampaikan oleh Donald Trump tadi,” jelasnya.
Kemudian, sebut Wahyudi, negeri-negeri Muslim bisa membuat aliansi baru yang bisa menghadapi kebijakan-kebijakan AS selanjutnya.
“Saya pikir ini sebenarnya momen, tetapi persoalan seriusnya adalah momen ini ditangkap oleh negara-negara Muslim dan mayoritas Islam tersebut, apakah mereka bisa mengambil momen ini dan berani melakukan aliansi? Saya pikir ini juga menjadi tantangan karena sebagian besar negara-negara Arab, negara-negara Muslim itu sebagian besarnya adalah pemimpin-pemimpin yang tunduk dan patuh kepada kepentingan Amerika,” bebernya.
Jadi, lanjutnya, kalau negara-negara ini punya kesadaran baru bahwa mereka menghadapi kezaliman dan kesewenang-wenangan AS, bahkan kesombongan yang ditampakkan, harusnya mereka bisa membuat aliansi baru atau mereka membuat kampus baru untuk menghadapi kebijakan tersebut.
“Dan lebih jauh lagi mestinya mereka bisa bersatu membuat negara adidaya yang baru untuk menghadapi negara adidaya Amerika,” pungkasnya.[] Setiyawan Dwi
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat