PAKTA: Upaya Jadikan Soeharto Pahlawan Nasional Perlu Dikritisi Lagi

MediaUmat – Direktur Pusat Analisis Kebijakan Strategis (PAKTA) Dr. Erwin Permana menyatakan upaya untuk menjadikan mantan presiden Soeharto sebagai pahlawan nasional perlu dikritisi lagi.
“Jadi, kalau hari ini kemudian ada upaya untuk menghidupkan kembali beliau (Soeharto) sebagai pahlawan nasional, saya kira perlu perlu dikritisi langkah itu. Apakah beliau sudah sampai pada satu titik yang memang melayakkan beliau untuk menjadi seorang pahlawan nasional?” tanyanya retoris dalam Kabar Petang: Soeharto Pahlawan Nasional? di kanal YouTube Khilafah News, Ahad (1/6/2025).
Karena, sebut Erwin, untuk menjadi pahlawan nasional itu, berarti sosok yang memang berjuang mati-matian untuk kepentingan nasional dan negara.
“Kriteria pahlawan nasional itu tidak ecek-ecek,” kritiknya.
Menurutnya, bukan hanya sebatas berjuang, tapi juga menunjukkan keteladanan kepada masyarakat banyak.
“Ada nilai moral yang menonjol dalam pribadi orang itu,” ujarnya.
Bapak Pembangunan
Okelah, cetusnya, Soeharto mungkin dinilai sebagai bapak pembangunan.
Tapi, lanjutnya, dalam aspek integritas masih perlu dipertanyakan dan diperdebatkan. Sederhananya, dalam aspek moral dan aspek etika, Soeharto tersandung banyak kasus penghilangan nyawa orang.
“Apalagi kejahatan yang lebih membahayakan dibandingkan dengan menghilangkan nyawa orang?” tanya retoris.
Menurutnya, memori publik tidak bisa hilang dari peristiwa-peristiwa semacam itu.
“Peristiwa Komando jihad, peristiwa Tanjung Priok, peristiwa Bambu Kuning,” ucapnya.
Belum lagi, sambung Erwin, kalau mengaitkan dengan isu korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang begitu kental dan identik dengan keluarga Soeharto.
“Meskipun sebagian kalangan membantah beliau tidak ikut-ikutan gitu ya. Tapi kan terjadinya di lingkaran orang-orang kepercayaan beliau yang tidak dicegah,” bebernya.
Memang, jelas Erwin, Soeharto telah tercatat dalam sejarah kepemimpinan Indonesia. Hanya saja, kalau disebut sebagai seorang pemimpin yang mendudukkan kepada kursi emas pahlawan nasional, rasanya agak mengganjal.
“Karena prestasi saja tidak cukup, tapi di sisi lain harus bersih secara integritas, moralitas, akhlak, keteladanan, dan kewibawaan,” pungkasnya.[] Novita Ratnasari
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat