Pakar: Dibutuhkan Transformasi Struktural dan Budaya Belajar

MediaUmat Untuk menciptakan pendidikan yang membentuk manusia berkarakter yang bukan hanya pintar tapi juga tangguh, menurut Pakar Pendidikan Dr. N. Faqih Syarif H., dibutuhkan transformasi struktural dan budaya belajar.

“Dibutuhkan transformasi struktural dan budaya belajar,” tuturnya dalam Focus to The Point: Bunuh Diri Makin Ngeri, Rabu (6/7/2025) di kanal YouTube UIY Official.

Menurut Faqih, ada tiga poin yang harus ditegakkan agar transformasi struktural dan budaya belajar terjadi.

Pertama, mengintegrasikan kurikulum antara emosional dan spiritual jadi terapkan pendekatan sosial dan emosional learning secara sistematik.

“Siswa perlu diajarkan keterampilan seperti mengenal emosi, empati, manajemen stres, bagaimana pemecahan masalah, ” jelasnya.

Menurutnya perlu dikembangkan juga pendidikan spiritual yang nondogmatis seperti refleksi diri, makna hidup dan nilai-nilai moral.

Kedua, mengubah definisi prestasi. Faqih menolak ukuran prestasi itu hanya lewat nilai rapor, lewat kejuaraan dan lain sebagainya tapi mesti dari aspek karakter, kerja tim, kontribusi sosial.

Ia mengusulkan adakan portofolio ketahanan diri. “Bagaimana pengalaman siswa menghadapi kegagalan. Gagal itu harus dianggap biasa. Jadi melakukan kesalahan dan belajar dari kegagalan itu justru penting ya bagaimana kamu pengalaman menghadapi gagal bangkit kembali bagaimana kemudian membantu teman,” lanjutnya.

Ketiga, membangun ekosistem sekolah yang suportif terapkan disiplin berbasis restoratif bukan hukuman.

“Ciptakan ruangan aman di sekolah tempat siswa bisa bercerita tanpa dihakimi. Nah ini! Jadi, penting libatkan juga teman sebaya yang terlatih untuk memperkuat jaringan dukungan internal,” paparnya.

Pendekatan Ideologis

Faqih menekankan pentingnya pendekatan sistemik dan ideologis dalam ekosistem pendidikan.

Menurutnya, itu semua tidak akan pernah terjadi kalau kemudian tiga pilar (kesadaran individu, kontrol sosial, aturan yang ditegakkan negara) tadi tidak berjalan tidak terintegratif.

“Jika hanya kesadaran individu saja, kontrol sosial masyarakat tidak ada, negara cuek. Wah ini wes wes bablas angine, ini yang terjadi,” ungkapnya.

Ia menyebutkan hari ini mayoritas umat Islam tetapi Islam hanya ada aspek ritual saja tetapi ketika berbisnis, berekonomi, berpolitik, bernegara, bahkan berpendidikan, Islam itu ditinggalkan. Hari ini, ukurannya hanya materi.

“Maka fungsi keluarga dominan. Kemudian masyarakat itu juga memiliki fungsi yang luar biasa untuk memberikan social control, baik terhadap individu maupun negara dan negara sebagai pelindung dan pengayom memiliki sebuah pekerjaan yang luar biasa.

Faqih menandaskan, enggak boleh negara ini main-main. “Allah menciptakan kita ini tidak main-main kok, maka jangan main-main dalam hidup ini,” ujarnya memungkasi.[] Muhammad Nur

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: