Pemikir dan filsuf Amerika Noam Chomsky mengkritik meningkatnya narasi kebencian di India terhadap minoritas Muslim, dan menuduh pemerintah Narendra Modi mendukung Islamofobia serta melakukan kejahatan terhadap kaum Muslim di wilayah Kashmir.
Chomsky mengatakan kritikannya itu dalam diskusi panel yang diselenggarakan oleh Dewan Muslim Amerika India, American Indian Islamic Council (IAMC), pada hari Kamis (10/02), melalui aplikasi Zoom, bahwa “Islamofobia telah merajalela di Barat, tetapi mengambil bentuk yang lebih mematikan di India”.
Chomsky menunjukkan bahwa pemerintah Modi secara sistematis membongkar demokrasi sekuler India untuk mengubah negara itu menjadi negara etnis Hindu, dengan mengabaikan keberadaan 250 juta Muslim yang—di bawah pemerintahan Modi—telah menjadi minoritas yang tertindas.
Filsuf Amerika itu menganggap bahwa Perdana Menteri India bertanggung jawab atas eskalasi kekerasan terhadap kaum Muslim di wilayah Kashmir, setelah partai sayap kanan –di mana Perdana Menteri berasal—yaitu Partai Rakyat India (Bharatiya Janata) berkuasa di negara itu pada tahun 2014.
Ketakutan dan kemarahan meningkat di kalangan minoritas Muslim atas praktik anti-Islam selama beberapa hari terakhir, sehingga protes terhadap larangan mengenakan hijab meningkat, dan ratusan orang telah berpartisipasi bulan ini dalam demonstrasi di kota Kolkata dan Chennai.
Pekan lalu, seorang hakim Mahkamah Agung negara bagian mengajukan banding atas larangan hijab ke panel yang lebih besar.
Kasus ini mendapat pengawasan internasional sebagai ujian kebebasan beragama yang dijamin oleh konstitusi India.
Dalam konteks ini, Komisi Amerika Serikat untuk Kebebasan Beragama Internasional, United States Commission on International Religious Freedom (USCIRF), mengatakan, pada hari Jumat (11/02), bahwa “Kebebasan beragama mencakup kebebasan untuk memilih pakaian keagamaan seseorang. Negara bagian Karnataka di India seharusnya tidak menentukan kebolehan pakaian keagamaan. Larangan hijab di sekolah melanggar kebebasan beragama dan menstigmatisasi serta meminggirkan perempuan dan anak perempuan.”
Kementerian Luar Negeri India menanggapi pada hari Sabtu (12/02), dengan mengatakan bahwa berbagai komentar eksternal tentang masalah internal tidak dapat diterima, apalagi masalah tersebut sedang diselidiki oleh pengadilan.
Dalam sebuah pernyataan tertulis, juru bicara Kementerian Luar Negeri India, Arindam Bagchi mengatakan, “Sehubungan dengan seragam yang diperbolehkan di beberapa lembaga pendidikan di Karnataka, masalah ini sedang dalam peninjauan hukum di Mahkamah Agung negara bagian.”
“Kerangka dan mekanisme konstitusional kami, serta semangat demokrasi dan sistem kami, berfungsi sebagai konteks di mana masalah dilihat dan diselesaikan, dan siapa tahu India akan menghargai fakta ini, sehingga tidak diterima komentar yang memotivasi tentang masalah internal kami,” tambahnya (aljazeera.net, 12/02/2022).
Tindakan represif rezim Hindu India terhadap kaum Muslim tidak bisa dihentikan dengan hanya kritikan bahkan kecaman sekalipun, termasuk berharap dengan demokrasi dengan jargon kebebasannya, sebab itu merupakan watak dasar yang mewarnai tindakan orang-orang musyrik terhadap kaum Muslim, apalagi ketika mereka sedang berkuasa. Allah subhānahu wa ta’āla berfirman: “Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” (TQS. Al-Māidah [5] : 82).
Jadi, cara satu-satunya untuk bisa menghentikan semua tindakan represif terhadap kaum Muslim, baik yang menimpa kaum Muslim di India, maupun yang menimpa minoritas Muslim Barat dan Eropa, ataupun yang menimpa kaum Muslim mayoritas di negeri-negeri Islam, namun hidup di bawah kepemimpian kaum Ruwaibidhah (para pemimpin bodoh) yang hanya melayani dan menjadi antek kaum kafir penjajah, adalah tegaknya Khilafah Rasyidah ‘ala minhājin nubuwah. Sebab dengan tegaknya Khilafah, kaum Muslim akan memiliki seorang Khalifah yang akan menjadi perisai. Sehingga dengannya kaum Muslim akan terlindungi, dan bahkan dengannya mereka akan berperang melawan semua bentuk kezaliman. Sebagaimana hadits riwayat Imam Muslim dari al-A’raj dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
“Sesungguhnya imam (khalifah) itu laksana perisai, tempat orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung dengannya.” [Muhammad Bajuri]