Netanyahu Deklarasikan “Israel Raya”, Hizbut Tahrir: Itu Deklarasi Perang, Bukan Retorika

MediaUmat – Perdana Menteri Zionis Benjamin Netanyahu kembali melontarkan pernyataan provokatif. Dalam wawancara dengan kanal berbahasa Ibrani i24, ia secara terang-terangan menyebut sedang mengemban “misi lintas generasi dengan mandat historis dan spiritual” menuju visi Israel Raya yang mencakup Palestina historis, sebagian Yordania, dan Mesir.
Netanyahu bukan yang pertama. Menteri Keuangan Zionis Smotrich sebelumnya sudah menyerukan aneksasi wilayah Arab di sekitar Palestina. Dukungan politik juga datang dari Presiden AS Donald Trump yang memberi “lampu hijau” dengan mengatakan Israel yang kecil “layak mendapat tanah lebih luas.”
Pernyataan ini muncul di tengah intensitas agresi Israel. Knesset baru saja mengumumkan aneksasi Tepi Barat, disusul rencana permukiman besar-besaran di wilayah E1, serta pengumuman pendudukan Jalur Gaza. Dengan langkah ini, solusi dua negara benar-benar hilang dari peta politik.
Menurut Hizbut Tahrir Yordania, pernyataan-pernyataan tersebut bukanlah sekadar klaim ekstremis, melainkan deklarasi perang nyata terhadap umat Islam. “Entitas cacat ini tak akan berani sejauh itu bila tidak didukung penjajah Barat dan pengkhianatan penguasa Muslim,” tegas siaran pers resmi (18/8).
HT menilai respon rezim Arab hanya sebatas kecaman diplomatik kosong. “Kementerian Luar Negeri Yordania, Mesir, Qatar, dan Saudi cukup dengan mengecam, sementara mereka tetap tunduk pada kesepakatan Amerika dan bahkan tak mampu memberi seteguk air untuk anak-anak Gaza tanpa izin Yahudi,” lanjut pernyataan itu.
HT menyerukan agar ancaman eksistensial Israel dijawab dengan langkah nyata, bukan sekadar pidato. “Wajib bagi angkatan bersenjata di Yordania, Mesir, Suriah, Lebanon, dan negeri-negeri Muslim untuk bergerak, membatalkan perjanjian-perjanjian pengkhianatan seperti Wadi Araba, dan mengusir penjajah dari bumi Palestina. Apa pun kurang dari itu adalah pengkhianatan terhadap Allah, Rasul-Nya, dan kaum Muslimin,” tegasnya.
Hizbut Tahrir menegaskan solusi mendasar adalah tegaknya kembali Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah yang mempersatukan umat dan melanjutkan kehidupan Islam, sekaligus melenyapkan entitas Zionis beserta para pendukungnya.
“Jika kamu khawatir akan pengkhianatan dari suatu kaum, maka batalkanlah perjanjian dengan mereka pada waktu yang sama. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.” (QS Al-Anfal: 58).
[]
Sumber :hizb-uttahrir.info
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat