Nasionalisme dan Ekonomi Kapitalistik Buat Indonesia Tak Bisa Tolong Muslim Rohingya

Mediaumat.info – Direktur Institut Muslimah Negarawan (IMuNe) Dr. Fika Komara menyebut peran pemerintah yang masih terpengaruh dengan batas batas nasionalisme, kepentingan nasional, pertimbangan ekonomi dan lain lain yang sangat kapitalistik dan sekuler, sehingga tidak bisa memberikan pertolongan seutuhnya kepada muslim Rohingya.
“Saya pikir di sini peran pemerintah yang masih terpengaruh dengan batas batas nasionalisme, kepentingan nasional, pertimbangan ekonomi dan lain lain yang sangat kapitalistik dan sekuler, sehingga tidak bisa memberikan pertolongan seutuhnya kepada muslim Rohingya,” ujarnya kepada Mediaumat.info, Rabu (29/11/2023).
Menurut Fika, ini terjadi karena sesungguhnya ada komplikasi akibat sistem dunia yakni adanya batas batas nasionalisme yang membuat Muslim Rohingya menjadi terasing dari negeri-negeri muslim lainnya. Sehingga Malaysia dan Indonesia setengah hati menerima Muslim Rohingya dan hanya memberikan bantuan ala kadarnya.
Terkait penolakan warga Aceh terhadap pengungsi Rohingya, Fika mengatakan, pada awalnya masyarakat Aceh masih tulus menerima sesuai dengan kapasitas masyarakat Aceh. Tapi berikutnya memang Muslim Rohingya ini membutuhkan masa depan, bukan sekedar tempat pengungsian dan makanan. Muslim Rohingya membutuhkan pendidikan, kesehatan dan bahkan status kewarganegaraan yang utuh untuk menjamin masa depan mereka dan anak anak mereka. Hal itulah dan itu tidak didapatkan, sehingga akhirnya bisa jadi ada penyimpangan-penyimpangan kriminalitas atau ketidakpatuhan terhadap norma-norma yang sosial yang ada.
“Karena memang kebutuhan dasar mereka tidak tercukupi dan ini tidak dijamin oleh negara gitu ya, sehingga tidak ada satu pun negeri muslim yang mau menerima mereka sebagai warga negara itu,” ucap Fika.
Fika mengingatkan, pada dasarnya sebagai muslim harus memberikan pertolongan pada Muslim yang membutuhkan dan ini juga berlaku untuk negara. Fika melihat, ketika hanya masyarakat yang memberikan pertolongan tentu ada keterbatasan. Tapi ketika negara yang memberikan pertolongan apalagi dengan menjamin kewarganegaraan, maka masa depan itu akan terjamin,
“Jadi ini yang sebenarnya terjadi ketika hanya ditumpukan pertolongan itu kepada individu atau komunitas menurut saya, tentu saja itu tidak cukup. Harusnya pertolongan itu diberikan dan dijamin oleh negara, sehingga masa depan Rohingya dan pengungsi pengungsi lainnya dari dunia Islam itu mendapat penghidupan yang utuh dan terjamin kebutuhan pokok mereka,” pungkas Fika. []Agung Sumartono