MediaUmat – Menanggapi pertemuan antara Presiden RI Prabowo Subianto dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Indonesia beberapa waktu lalu di Indonesia, Peneliti dari Masyarakat Sosial Politik Indonesia (MSPI) Dr. Riyan, M.Ag. menyayangkan sebagai negeri yang mayoritas Muslim tidak memanfaatkan pertemuan tersebut untuk memperjuangkan kepentingan Islam dan kaum Muslim.
“Sangat disayangkan dalam posisi sebagai negara Muslim terbesar di dunia, tidak memanfaatkan pertemuan strategis tersebut untuk memperjuangkan kepentingan Islam dan kaum Muslimin. Seperti isu Palestina, Rohingya, Kashmir, dll. Sehingga sangat kelihatan semata hanya nuansa kepentingan nasional (national interest)-an sich,” tuturnya kepada media-umat.com, Sabtu (31/5/2025).
Kalaupun menyuarakan perjuangan untuk rakyat Palestina, di hadapan Macron yang negaranya sejak dulu mendukung entitas penjajah Zionis Yahudi, Presiden Prabowo, sebut Riyan, justru mengeluarkan pernyataan yang blunder.
“Mengingat dia menyatakan akan mengakui keberadaan Israel dan akan membangun hubungan diplomatik dengan Israel jika Israel mengakui kemerdekaan Palestina dalam kerangka solusi dua negara (two state solution),” ujarnya.
Pernyataan ini, dinilai Riyan, sangat melukai hati kaum Muslim dan mengindikasikan pelanggaran konstitusi negara karena pesan yang terbentuk adalah bukan menghapuskan penjajahan di muka bumi, tapi malah melanggengkan penjajah dan penjajahan entitas Yahudi yang didukung oleh negara penjajah dan teroris utama, yaitu Amerika Serikat.
Selain itu, sebut Riyan, tidak tampak pula pesan kritis dari Prabowo ke Macron, terkait sikap anti-Islam dari Macron terkait dukungannya terhadap penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW oleh seorang guru Prancis (2020) dan juga sikap islamofobianya terkait pelarangan hijab di ruang publik (2023).
“Ini menunjukkan tidak adanya empati dan pembelaan Prabowo dalam konteks kondisi kaum Muslimin termasuk di Prancis,” sesalnya.
Negara Kufur Karbi Fi’lan
Dalam pandangan Islam, kata Riyan, Indonesia seharusnya memosisikan Prancis sebagai negara kufur harbi fi’lan (negara kafir yang memerangi Islam secara nyata).
“Seharusnya Prabowo memosisikan bahwa Prancis adalah negara kufur harbi fi’lan, negara kafir yang memerangi Islam secara nyata, karena mendukung penjajah entitas Yahudi yang jelas dan kontinyu memerangi kaum Muslimin di Palestina. Juga terkait sikap islamfobia yang akut dalam kasus penghinaan Nabi SAW dan hijab,” beber Riyan.
Kepada negara kafir yang memerangi Islam secara nyata tersebut, jelas Riyan, sikap yang harus ditunjukkan Prabowo adalah ketegasan dan tidak bermanis muka.
“Bahkan harusnya berani menghentikan segala hubungan diplomatik dengan Prancis. Bukan kerja sama apalagi di berbagai bidang yang dasarnya adalah kepentingan semata-mata,” tegasnya.
Maka, jelas Riyan, sikap tegas dan non-kooperatif terhadap musuh harusnya lebih dikedepankan sebagai wujud wibawa sebuah negara dengan penduduk mayoritas Muslim.
“Inilah sikap yang ditampilkan Islam kepada musuh-musuhnya, Sebagaimana sikap tegas Sultan Abdul Hamid II, pemimpin Khilafah Islamiyyah, ketika mengusir Hertzl pemimpin Zionisme Yahudi dan tidak terjebak dalam pragmatisme dari sebuah hubungan diplomatik bilateral,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat