MediaUmat – Hizbut Tahrir Mesir mengecam keras pernyataan Menteri Luar Negeri Mesir, Badr Abdel Aati, yang mengklaim bahwa Mesir menjalankan kebijakan luar negeri dengan “kehormatan dan integritas”, serta membuka perlintasan Rafah selama 24 jam penuh.
Dalam pernyataan pers yang dirilis kantor medianya, Hizbut Tahrir (6 Safar 1447/Kamis 31 Juli 2025) menyebut pernyataan tersebut sebagai upaya menutup-nutupi peran Mesir dalam pengepungan Jalur Gaza yang telah menelan banyak korban jiwa. Mereka menegaskan bahwa blokade atas Gaza tak hanya dilakukan oleh pendudukan Zionis, melainkan juga didukung oleh rezim-rezim Arab melalui penutupan perbatasan, termasuk Rafah.
“Siapa pun yang menghalangi air, makanan, dan obat-obatan masuk ke Gaza adalah mitra dalam kejahatan di hadapan Allah,” tulis pernyataan tersebut.
Pernyataan Abdel Aati disampaikan dalam wawancara televisi 30 Juli 2025, di mana ia menyebut siapa pun yang meragukan peran Mesir sebagai “berniat buruk” atau “bodoh”, serta menuding pihak-pihak tertentu sebagai teroris yang ingin mencemarkan nama baik negara itu. Ia juga menyerukan agar kemarahan diarahkan kepada Israel, bukan kepada Mesir.
Namun, Hizbut Tahrir menilai klaim pembukaan perlintasan 24 jam bertolak belakang dengan kenyataan di lapangan. Hizbut Tahrir Mesir mengutip laporan PBB, Palang Merah, dan organisasi internasional lain yang menyatakan bahwa penyeberangan Rafah telah tertutup hampir setiap hari sejak agresi Israel dimulai pada Oktober 2023.
“Ratusan truk bantuan tertahan di sisi Mesir, sementara masyarakat Gaza berebut air dan roti di atas puing-puing rumah mereka,” tulis Hizbut Tahrir Mesir.
HIzbut Tahrir juga menyebut bahwa alasan kerusakan infrastruktur di sisi Palestina penyeberangan Rafah sebagai bentuk pengelakan. Hizbut Tahrir menegaskan bahwa banyak negara lain mampu membuka jalur kemanusiaan dalam kondisi perang yang lebih berat. Menurut partai politik internasiona ini , justifikasi itu tidak bisa diterima jika melihat jumlah korban dan parahnya krisis kemanusiaan.
Hizbut Tahrir menyerukan agar Mesir merobohkan tembok pembatas dan membuka penuh perbatasan Gaza, menyebut pembatasan ini sebagai bentuk pengkhianatan terhadap umat Islam. Hizbut Tahrir juga menolak narasi bahwa bantuan yang dikirim Mesir menjadi pembenaran atas selektifnya pembukaan penyeberangan.
“Bantuan bukanlah sumbangan, melainkan kewajiban. Dan pembukaan perlintasan tidak butuh truk—ia butuh kendaraan lapis baja,” lanjut pernyataan itu.
Kelompok ini mengutip ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis yang menyerukan pembelaan terhadap kaum tertindas. Mereka juga mengecam pelabelan “teroris” terhadap para dokter, ulama, dan warga Gaza yang menuntut pembukaan perbatasan.
Sebagai penutup, Hizbut Tahrir menyerukan kepada militer Mesir dan tentara umat Islam untuk bergerak, membuka jalan bagi pembebasan Gaza, dan tidak lagi bersandar pada diplomasi atau narasi kehormatan semu.[]AF
Sumber : hizb-ut-tahrir.info
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat