Membuka Saluran Komunikasi Rahasia dengan Entitas Yahudi Jalan Licin yang Berbahaya

 Membuka Saluran Komunikasi Rahasia dengan Entitas Yahudi Jalan Licin yang Berbahaya

Membuka Saluran Komunikasi, Perdamaian, dan Normalisasi dengan Entitas Yahudi: Jalan Licin yang Berbahaya dan Kejahatan yang Meluas, Ditolak Agama Kita dan Saudara-Saudara Kita yang Beriman

Tiga sumber informasi mengatakan kepada Reuters pada hari Rabu, 7 Mei 2025, bahwa UEA telah membuka saluran komunikasi rahasia antara (Israel) dan Suriah, dengan fokus pada masalah keamanan dan intelijen. Sumber tersebut, termasuk pejabat keamanan Suriah dan pejabat intelijen regional, menjelaskan kepada Reuters bahwa dialog tidak langsung difokuskan pada masalah keamanan, intelijen, dan pembangunan kepercayaan. Sebuah sumber yang dekat dengan masalah mengatakan bahwa inisiatif tersebut diluncurkan beberapa hari setelah kunjungan Presiden Suriah Ahmad al-Syara ke Abu Dhabi pada tanggal 13 April. Sumber-sumber informasi mengungkapkan kepada Reuters pada hari Ahad bahwa Presiden Suriah Ahmad al-Syara berencana untuk mengajukan proposal yang mencakup pembangunan Trump Tower di ibu kota, Damaskus, terlibat dalam proses perdamaian dengan (Israel), dan memberikan Amerika Serikat akses langsung ke sumber daya energi Suriah, sebagai bagian dari strategi yang telah disiapkannya untuk mencoba bertemu dengan Presiden AS Donald Trump selama kunjungannya saat ini ke kawasan Teluk (France 24).

“Ada negosiasi tidak langsung (dengan Israel) yang dilakukan melalui mediator untuk menenangkan situasi dan mencoba mengendalikan situasi agar tidak mencapai titik di mana kedua belah pihak kehilangan kendali,” kata al-Syara pada konferensi pers yang diadakannya bersama Presiden Prancis Macron di Paris. Ia menambahkan, “Intervensi (Israel) itu acak dan melanggar perjanjian tahun 1974. Sejak kedatangan kami di Damaskus, kami telah menyatakan kepada semua pihak terkait bahwa Suriah berkomitmen pada perjanjian ini.”

Presiden Prancis menyampaikan harapannya bahwa “akan ada dialog dengan (Israel) terkait keamanan, karena pendekatan yang ditempuhnya dalam hal ini tidak dapat diterima, dan pendekatan baru yang didasarkan pada peningkatan kerja sama harus diikuti. Kita berbicara di sini tentang proses keterbukaan terkait negosiasi, karena Suriah adalah negara yang sangat penting bagi stabilitas kawasan.”

Sejak jatuhnya rezim Assad yang tidak berguna, entitas Yahudi telah merajalela di Syam, melanggar bumi dan langitnya, serta secara terang-terangan menargetkan potensi, senjata, barak, dan bandaranya, juga menduduki sebagian wilayahnya serta melakukan intervensi dengan segala keangkuhan dan kejahatan, karena dukungan sebagian pihak, dengan dalih (melindungi kaum minoritas), dan menggunakan mereka sebagai alat untuk mencapai kepentingannya, bukan kepentingan mereka (kaum minoritas). Sayangnya, agresi yang kurang ajar ini tidak ditanggapi dengan respons yang tegas dan ideologis yang memberi pelajaran pada kaum Yahudi dan mereka yang berada di belakangnya, serta mengirimkan pesan yang menantang dan menunjukkan kekuatan, artinya orang yang telah dimuliakan Allah dengan menjatuhkan seorang tiran yang lalim yang selama ini didukung oleh semua musuh Islam, akan mampu membuat kaum Yahudi (ciptaan Allah yang paling pengecut dalam peperangan dan konfrontasi) melupakan bisikan setan. Akan tetapi, alih-alih memberikan respons awal yang tegas, justru muncul kebijakan yang memohon kepada masyarakat internasional agar menghentikan agresi ini, meskipun masyarakat internasional adalah pihak yang menciptakan virus kanker ini terhadap tanah Palestina. Dialah yang melindunginya dan memberinya lampu hijau untuk berperang melawan Islam dan umatnya, karena takut akan kembalinya negara Islam, kekuasaan, dan otoritasnya. Dialah yang memasok segala jenis senjata, yang dipimpin oleh Amerika, untuk menghadapi sekelompok orang yang mukhlis, beriman, dan berjihad di Gaza, yang telah menumbangkan wibawa busuk entitas, pasukan dan prajuritnya, dimana mereka semua telah dipermalukan, padahal mereka dengan keterbatasan perbekalan, minimnya peralatan dan perlengkapan, serta pengkhianatan dari mereka yang dekat dan jauh.

Sesungguhnya yang dituntut dari revolusi Syam, setelah Allah memuliakan dan memberkahinya dengan menggulingkan rezim yang sudah tidak berguna lagi, yang diharapkan darinya, setelah merasakan pahitnya pengkhianatan, adalah mengambil inisiatif untuk mengerahkan tenaga umat dan menyatukan faktor-faktor kekuatannya guna menegakkan hukum Islam dan negaranya, agar mengadopsi isu-isu penting umat, yang terpenting di antaranya adalah menolong rakyat kita di Palestina, dan berupaya membebaskannya dari kotoran kaum Yahudi. Inilah yang ditunggu-tunggu oleh rakyat Gaza dan seluruh Palestina, termasuk Al-Quds yang ditawan dan Masjidil Aqsa yang bersedih, bahwa rakyat Syam haruslah menjadi yang pertama untuk segera mengakhiri pendudukan zalim dan tidak adil selama puluhan tahun di tanah kami dan tempat-tempat suci kami oleh entitas cacat di bawah penglihatan dan pendengaran tentara umat, yang perannya diperkecil oleh para penguasa rezim yang berbahaya hanya untuk melindungi takhta mereka, sehingga mereka tetap menjadi garis pertahanan pertama bagi orang-orang Yahudi, yang tidak dapat bertahan dalam satu putaran pertempuran pun jika masalahnya menjadi serius dan pertempuran berkecamuk, di saat umat dan orang-orang yang berkuasa di dalamnya bangkit, lalu tentara bergerak sambil bertahlil dan bertakbir untuk menjadikan entitas Yahudi sebagai sesuatu dari masa lalu.

Inilah sikap yang syar’iy dan ideologis yang harus diambil dalam menolong isu Palestina dan dalam menghadapi arogansi tak terkendali dari entitas Yahudi, yang menanamkan rasa takut dalam jiwa para politisinya meskipun mereka menunjukkan kepahlawanan dan kekuatan. Superiornya hanya bersifat ilusi dan rapuh, sedangkan entitasnya, insya Allah, cepat atau lambat akan hancur dan kalah. Ia adalah entitas yang terdistorsi, yang tidak ada manfaatnya, sehingga harus dipotong dan dicabut seakar-akarnya.

Kami selalu mengatakan bahwa entitas ini tidak tunduk pada retorika yang bersifat mendamaikan, sikap menenangkan, keringanan hukuman, atau pesan-pesan perdamaian. Melainkan hanya ada satu solusi, tidak ada yang kedua, yang tertulis di dalam Kitab Allah, dan dibacakan sampai hari kiamat:

﴿فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيراً﴾

Apabila datang saat (kerusakan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu, untuk memasuki masjid (Baitulmaqdis) sebagaimana memasukinya ketika pertama kali, dan untuk membinasakan apa saja yang mereka kuasai.” (TQS. Al-Isrā’ [17] : 7).

Rakyat Suriah adalah yang pertama menolong saudara-saudara mereka dan memenuhi janji Tuhan mereka, karena mereka sepenuhnya memahami makna sikap kaum Muslim terhadap kebenaran dan menolongnya setelah 14 tahun pengalaman kebrutalan dan agresi yang dilakukan oleh rezim Assad yang sudah tidak berkuasa lagi terhadap rakyat Suriah, di bawah sponsor Amerika dari balik layar, melalui berbagai alat, antek, dan proksi.

Pergerakan yang kita saksikan dan pernyataan yang kita dengar tentang hidup berdampingan dengan tetangga dan keterbukaan terhadap kejahatan sebagai langkah awal menuju normalisasi dan “perdamaian para pemberani” untuk memperingatkan tentang bahaya besar yang mengancam rakyat Syam dan menjadi bumerang bagi tujuan dan prinsip revolusi mereka, yang telah mengorbankan jutaan orang syahid dan terlantar.

Sekedar berpikir atau berupaya untuk berkomunikasi dengan entitas Yahudi, apa pun pembenarannya, merupakan kejahatan besar, jalan licin yang berbahaya, dan aib yang tidak boleh dibiarkan begitu saja oleh putra-putra revolusi yang telah berkorban sangat besar.

Sikap pragmatis ditolak oleh agama kita dan harga diri tokoh-tokoh kita, bahkan kaum Muslim Suriah menganggap hal itu sebagai dosa besar yang harus dikecam dan dilawan, karena hal itu merupakan jalan licin yang berbahaya dan pembuka jalan menuju jurang konsesi dengan harapan dapat mencabut sanksi dan mengokohkan pilar-pilar pemerintahan yang berada di ambang kehancuran.

Pemerintahan manapun yang tidak berlandaskan pada akidah Islam dan tidak didukung oleh para pengikutnya yang beriman, pada akhirnya akan runtuh setelah melayani kepentingan negara-negara yang berkonspirasi.

Kekuatan para tokoh Islam yang memenuhi bumi Syam dan negeri-negeri Islam di sekitarnya mendambakan hari pergerakan dan peperangan sengit di balik kepemimpinan yang mukhlis dan beriman, yang sungguh-sungguh mewakili rakyat revolusi dan pengorbanannya, serta membawa mereka menuju kejayaan dan kemajuan. Namun semua itu tidak akan terjadi kecuali jika hukum Allah ditegakkan melalui negara Islam, yang akan tegaknya kembali telah dinubuatkan oleh Rasulullah SAW, sebagaimana sabdanya:

«ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ»

Kemudian akan ada (tegak kembali) Khilafah ‘ala minhājin nubuwah.” (HR. Ahmad).

Kami memohon kepada Allah SWT agar Syam menjadi pusat negaranya, dan agar apa pun selain itu hanyalah sekadar berjalan mengikuti negara-negara dan kebijakan-kebijakan yang mereka paksakan kepada kita, serta keputusan-keputusan dan perundang-undangan yang mereka keluarkan kepada kita, yang hanya untuk menyenangkan Barat dan membuat kita sengsara.

Konflik kita dengan kaum Yahudi bukanlah konflik perbatasan, akan tetapi konflik eksistensial, yang mana tindakan hidup dan mati harus diambil hingga datang keputusan Allah yang telah ditetapkan-Nya dalam Surat Al-Isra, ayat 7. Sungguh itu akan terjadi jika Allah berkehendak, dan kita mohon kepada Allah agar itu segera terjadi.

﴿اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَذِكْرٰى لِمَنْ كَانَ لَهٗ قَلْبٌ اَوْ اَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيْدٌ﴾

Sesungguhnya pada yang demikian itu pasti terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya dan dia menyaksikan.” (TQS. Qaf [50] : 37).

 

Kantor Media Hizbut Tahrir di Wilayah Suriah

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *