Ulama Aswaja KH Rokhmat S Labib menyampaikan pesan Maulid untuk meneladani Rasulullah Muhammad SAW dalam memperjuangkan tegaknya kembali daulah Islamiyah.
“Memperingati Maulid Nabi, mengingatkan kita, meneladani beliau, untuk memperjuangkan tegaknya kembali daulah islamiah, khilafah ala minhajin nubuwwah,” tuturnya di hadapan 2500 peserta Maulid Forum: Cinta kepada Nabi SAW, Jalan Menuju Islam Kaffah, Ahad (15/10/2023) di Bondowoso.
Menurutnya, meneladani Rasulullah SAW, yakni mengerjakan seperti apa yang dikerjakan oleh Nabi SAW. “Mengikuti perintah sesuai hukumnya. Mewajibkan yang beliau wajibkan dan mengharamkan yang beliau haramkan,” ujarnya.
Kiai Labib menuturkan, hal ini adalah bagian bentuk kecintaan umat Islam kepada Rasulullah. “Kerjakan sunnahnya, mengikuti perkataan dan perbuatannya, itulah di antara yang beliau sebutkan cinta kepada Nabi dibutuhkan dalam al-iqtidatu (mengharap). Karena orang yang mengharapkan Allah, mengharapkan pahalanya, mengharapkan surga dia akan mengikuti Rasulullah SAW,” terangnya.
“Beriman tidak cukup hanya beriman kepada Allah SWT, tapi juga kepada Rasulullah Muhammad SAW dan ajaran yang beliau bawa,” imbuhnya.
Ia menegaskan, pentingnya keberadaan sebuah negara bagi umat Islam sebagai pelindung. “Coba kita lihat sekarang, saudara kita di Gaza. Diserbu dari berbagai sisi. Musuh sudah menyerang kita. Masuk negeri kita. Merebut tanah kita. Kaum Muslimin wajib membela mereka. Fardhu ‘ain,” tegasnya.
Namun, kata Kiai Labib, pembelaan kepada sesama Muslim itu tidak mungkin. Sulit sekali. Bahkan mustahil, kalau umat Islam tidak punya negara seperti negaranya Rasulullah SAW.
“Karena sekarang tanpa khilafah, pemimpin itu tak berdasar Islam dan tidak menerapkan Islam bahkan tidak memperjuangkan Islam,” tandasnya.
Dakwah Politik
Selain Kiai Labib, Maulid Forum juga menghadirkan Tokoh Umat Ustadz Harun Musa yang menyampaikan tentang dakwah Rasulullah SAW.
“Hari-hari Rasulullah SAW penuh dakwah politik yaitu mengurusi urusan umat,” kata Harun.
Maka pelajarannya, katanya, umat Rasulullah diwajibkan untuk dakwah saja. “Nanti Allah yang akan mengatur. Kapan akan ketemu As’ad bin Zurarah, kapan ketemu Usaid bin Hudair, kapan ketemu Sa’ad bin Muadz, kapan ketemu Sa’ad bin Ubadah.
“Lakukan saja dakwah sesuai perjuangan Nabi, Allah yang akan mengatur, Allah yang akan memberikan pertolongan, Allah yang akan membukakan pintu nasrullah-Nya itu kepada siapa, Allah yang punya kuasa,” bebernya.
Harun mengingatkan kepada umat Islam tentang pentingnya istiqamah dalam berdakwah sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Baginda Nabi ketika itu dirayu oleh pamannya untuk mengalah kepada kafir Quraisy.
“Sudahlah kamu berhenti saja melakukan dakwah. Maka baginda Nabi dengan meneteskan air mata, menyampaikan kalimat yang artinya, ‘Wahai Paman, demi Allah, kalau pun matahari diletakkan di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku, agar aku meninggalkan perkara ini (penyampaian risalah), sehingga Allah memenangkannya atau aku binasa, pastilah tidak akan aku meninggalkannya,” ungkap Harun.
Sekali lagi, tegas Harun, Baginda Nabi Muhammad SAW menyampaikan ini dengan meneteskan air mata karena ini yang ngomong pamannya sendiri.
“Maka ketika mendengar jawaban tegas dari keponakannya ini, apa yang dilakukan oleh Abu Thalib? Wahai keponakanku, teruskan perjuanganmu, aku tetap akan melindungimu,” ujar beber Harun.
Ia menilai, dakwah ini kalau ingin terbaik, tidak hanya cukup doa, tapi harus juga dengan negara. Maka perubahan ke depan, perubahan yang terbaik, adalah ketika dakwah ini mampu mewujudkan kembali daulah islamiah atau khilafah islamiah yang menerapkan Islam secara kaffah.
“Kalau enggak ada khilafah, katanya, tonggone dewe (tetangganya sendiri) Mesir malah di pagar. Nggak boleh. Seolah-olah menyatakan, ‘Wahai Yahudi bunuh Muslim Palestina itu’. Seperti itu,” sesalnya.
Menurutnya, umat Islam seharusnya menjadi umat yang satu. Ini harus ada yang menyatukan umat ini. “Maka sebetulnya tegaknya khilafah itu bukan sekadar kewajiban, itu adalah kebutuhan,” ungkapnya.
Pembicara lainnya, Intelektual Muslim Dr. Nasrul Faqih Syarif Hasyim, M.Si. mengungkap alasan mengapa umat Islam harus cinta dan rindu kepada Rasulullah.
“Kenapa kita harus mencintai dan rindu kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW? Karena Rasulullah lah pemberi syafaat kepada kita, umat manusia, kepada kita umatnya,” tutur Faqih.
Ia juga menyampaikan, saat ini banyak fardhu kifayah yang hanya dicukupkan pada penanganan jenazah. Padahal sebagian besar syariat Islam adalah fardhu kifayah.
“Ketika ada perzinaan, korupsi merajalela, saudara Muslim Palestina ditindas, jika dibiarkan maka kita dapat dosa kifayah,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it