Mantan Aktivis Kiri: Penyusupan Komunis Berhasil

Mediaumat.news – Usaha infiltrasi ideologi komunis di beberapa sisi saat ini dikatakan berhasil, mereka juga melakukan pergerakan politik atas, seperti membangun opini atau isu bahwa PKI tidak bersalah, lalu juga usaha pencabutan TAP MPRS yang masif. Hal ini diungkap oleh mantan aktivis kiri Jhon Castro.

“Ada juga politik bawah yang tetap dibangun untuk memperkuat ideologi, dan lambangnya itu tidak perlu pakai palu arit dan semacamnya, cukup dengan gerigi dan bintang, sudah satu simbol. Sebagai mantan aktivis yang pernah terkena doktrin tersebut saya bilang untuk masa kekinian penyusupan mereka itu berhasil,” ungkapnya dalam Diskusi Media Umat: Komunisme Masih Ada, Ahad (3/10/2021) di kanal YouTube Media Umat.

Contoh paling konkret bahwa mereka berhasil melakukan penyusupan adalah gerakan mereka yang berhasil di Amnesti Internasional lewat Pengadilan Den Haag yang memutuskan bahwa Indonesia harus mengusut tuntas tragedi 65.  “Salah satunya itu di bawah yayasan korban 65,” jelas Castro.

Gerakan komunis juga bisa dikatakan sangat sistematis, dengan ideologi yang mengikat mereka terus melakukan infiltrasi, bahkan diduga hingga ke militer. “Gerakan mereka juga sistematis, namanya ideologi ada yang mengikat, ada kelompok, ada sektor-sektornya, bahkan mungkin ada yang ke militer untuk melakukan infiltrasi, itu semua terjadi. Waktu itu juga kita diperkenalkan dengan Sulami sekjen Gerwani, lalu Pramodya dari Lektra, kemudian ada Sobron Aidit, adik kandung Aidit. Itu tokoh-tokoh sepuh komunis,” kata Castro.

Castro juga menceritakan bagaimana ia mengenal pergerakan dengan ideologi komunisme itu mulai dari kelas 3 STM hingga mahasiswa. Mereka banyak melakukan diskusi, lalu melakukan pendidikan mengenai ideologi-ideologi terlarang.

“Kemudian di masa saya kuliah makin intens lagi di situ banyak berideologi komunis, banyak yang mengiyakan lewat jalu sosialisme, lalu mereka terjun ke buruh-buruh, petani-petani, ke masyarakat mereka ada. Kami didoktrin tentang marksisme, pertentangan antar kelas, ada hal seperti itu yang mereka sampaikan,” ucapnya.

Castro juga bercerita bahwa yang menjadi mentor pergerakan ideologi tersebut adalah mentor-mentor yang bukan lagi mahasiswa di kampusnya. “Kami didoktrin tentang marksisme, pertentangan antar kelas, ada hal seperti itu yang mereka sampaikan.Yang menjadi mentor ideologi marksisme ini adalah senior-senior, ketika saya berkenalan dengan mereka dan terlibat, ada sebuah pendidikan khusus, kaderisasi. Terakhir sebelum saya memutuskan untuk berhenti dan keluar dari gerakan itu, itu masih terjadi, ada inflitrasi di kampus-kampus, sekolah, pabrik,” pungkas Castro.[] Fatih Solahuddin

Share artikel ini: