Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah, dari Malik dari Abdullah bin Dinar, dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
«أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالْأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ عَلَيْهِمْ، وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ، وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ، وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ، وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ، فَكُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ»
“Ketahuilah bahwa setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap dari kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Seorang pemimpin umat manusia adalah pemimpin bagi mereka dan ia bertanggung jawab dengan kepemimpinannya atas mereka. Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan ia bertanggung jawab atas mereka. Seorang wanita adalah pemimpin bagi rumah suaminya dan anaknya, dan ia bertanggung jawab atas mereka. Seorang budak adalah pemimpin bagi harta tuannya, dan ia bertanggung jawab atasnya. Dengan demikian, setiap dari kalian adalah adalah pemimpin yang bertanggung jawab atas kepemimpinannya.” (HR. Abu Dawud).
Wahai Saudaraku Tercinta:
Sebaik-baik ucapan adalah kalam Allah SWT, dan sebaik-baik petunjuk adalah tuntunan Nabi-Nya, Muhammad bin Abdullah SAW. Ammā ba’du!:
Hadits yang mulia ini menginformasikan tentang tanggung jawab dan pembagian tugas kepada semua anggota masyarakat yang sehat dan kohesif. Dari awal, hadits menunjukkan tentang adanya pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT pada Hari Kiamat, serta pertanyaan terkait setiap hal kecil dan besar.
Allah SWT menciptakan masyarakat saling berhubungan dan terkait dalam banyak interaksi, dan hal ini memerlukan tanggung jawab, maka Nabi SAW memberikan contoh atas masalah ini, yang dimulai dari masalah yang tertinggi, terbesar dan terkompleks, yaitu tanggung jawab penguasa atas rakyat, atau pemimpin atas masyarakat yang dipimpinnya. Adanya tanggung jawab ini yang menyebabkan mereka ditanya tentang amanahnya, apakah ia melaksanakannya dengan baik atau mengabaikannya.
Kemudian hadits beralih pada benteng yang menjadi pelindung keluarga, yaitu kepala keluarga (suami), di mana ia akan diminta tanggung jawabnya atas orang-orang yang menjadi anggota keluarganya. Lalu, beralih pada perempuan (istri), ia juga akan diminta tanggung jawabnya tentang kewajiban dan pekerjaan rumah yang diwajibkan Allah padanya, simana ia dan suaminya akan ditanya tentang pelaksanaan kewajiban keduanya terhadap rumah dan anak-anak mereka.
Selanjutnya, hadits menyebutkan tentang seorang hamba yang mengabdi kepada tuannya, maka ia juga seorang pemimpin yang diberi amanah untuk mengurus harta dan melayani tuannya. Untuk itu, ia akan diminta tanggung jawabnya di hadapan Allah.
Hal yang menarik dari hadits ini adalah bahwa Nabi SAW mengulangi kata yang sama, ketika beliau memulai hadits dan mengakhirinya. Sungguh semua ini menekankan pada tanggung jawab dan kepercayaan yang komprehensif, karena beratnya masalah ini.
Kami memohon kepada Allah SWT untuk membantu kami dalam menjalankan tanggung jawab yang telah dipercayakan kepada kami, dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kehendak-Nya. Allāhumma āmīn! [Dr. Maher Shaleh rahimahullah ta’ala]
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 13/01/2022.