Dari Syaqiq berkata: Kami duduk lama menunggu Abdullah (Ibnu Mas’ud) di depan pintunya. Lalu kami melihat Yazid bin Mu’awiyah an-Nakha’i lewat. Kami berkata padanya: Tolong beritahu kepadanya (Abdullah) tentag keberadaan kami (yang sudah lama menungu). Maka Yazid pun masuk menemuinya. Tidak lama kemudian Abdullah keluar menemui kami. Abdullah berkata:
إِنِّي أُخْبَرُ بِمَكَانِكُمْ فَمَا يَمْنَعُنِي أَنْ أَخْرُجَ إِلَيْكُمْ إِلَّا كَرَاهِيَةُ أَنْ أُمِلَّكُمْ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَخَوَّلُنَا بِالْمَوْعِظَةِ فِي الْأَيَّامِ مَخَافَةَ السَّآمَةِ عَلَيْنَا
“Aku diberitahu tentang keberadaan kalian di sini. Sebenarnya tidak ada sesuatu yang menghalangi aku untuk menemui kalian kecuali aku takut bahwa aku akan membuat kalian bosan. Sungguh Rasulullah saw memilih hari-hari (tidak setiap hari) untuk menasihati kami, karena takut membuat kami bosan.” (HR. Bukhari Muslim).
Hadits ini menyatakan tentang pentinnya bersikap hemat dan cermat dalam memberikan nasihat, agar hati yang dinasehati tidak bosan yang akan membuat nasihat kehilangan tujuan.
Ibnu Hajar menyebutkan dalam kitabnya “Fathul Bari”, dengan sedikit modifikasi: Al-Khattabi berkata: “Yang dimaksud adalah bahwa beliau selalu memperhitungkan waktu dalam mengajar dan menasihati mereka, dan beliau tidak melakukannya setiap hari karena takut akan membuat mereka bosan.” Sebagian mengatakan bahwa maksudnya adalah beliau senantiasa memperhatikan kondisi mereka apakah mereka dalam keadaan vitalitas dan siap menerima nasihat, maka di saat yang demikian itu, baru beliau memberi mereka nasihat, dan beliau tidak membebani (dengan sering-sering) memberi mereka nasihat agar mereka tidak bosan.
Hadits ini menunjukkan kelembutan Nabi saw terhadap para sahabatnya dan pendekatannya yang sangat baik dalam mengajar, memotivasi, dan memahamkan mereka, sehingga mereka belajar darinya dalam kondisi vitalitas dan penuh semangat, bukan dalam kondisi lelah dan bosan. Dalam hal ini, kita harus meneladaninya, sebab belajar secara bertahap lebih ringan dan lebih kondusif untuk keteguhan hati daripada belajar dengan susah payah dan mengejar waktu. Di dalam hadits ini juga terkandung keutamaan dan kebajikan Abdullah Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, karena ia senantiasa mengikuti Nabi saw dalam perkataan dan perbuatan, termasuk menjaga dan melestarikan cara Nabi saw dalam memberikan nasihat (mengajarkan ilmu).
Termasuk dalam adab mengajar adalah hendaknya seorang guru tidak sering-sering mengajarkan ilmu kepada umat (murid) agar tidak membuatnya bosan; hendaknya ia berbicara dengan kalimat yang padat dan singkat (sedikit), agar mudah dipahami, namun isi pesannya komprehensif dan jelas. Sebab berbicara terlalu banyak dapat menyebabkan kejenuhan, selain dapat menimbulkan kekeliruan dan kesalahan. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
«حَدِّثِ النّاسَ كُلَّ جُمُعَةٍ مَرَّةً، فَإِنْ أَكْثَرْتَ فَمَرَّتَيْنِ، فَإِنْ أَكْثَرْتَ فَثَلاثاً، ولا تَمَلَّ النّاسَ مِنْ هذا الْقُرْآنِ، ولا تَأْتِ الْقَوْمَ وَهُمْ فِيْ حَدِيثٍ فَتَقْطَعَ عَلَيْهِمْ حَدِيثَهُمْ فَتَمَلَّهُمْ، وَلَكِنْ أَنْصِتْ فَإِذا أَمَرُوكَ فَحَدِّثْهُمْ وَهُمْ يَشْتَهُونَهُ، وَإِيّاكَ وَالسَّجْعَ فِيْ الدُّعاءِ، فَإِنّيْ عَهِدْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَأَصْحابَهُ لا يَفْعَلُونَهُ»
“Berbicaralah kepada manusia setiap hari Jum’at sekali, jika mau lebih banyak maka dua kali sepekan, dan jika ingin lebih banyak maka tiga kali sepekan. Janganlah kamu membuat manusia jemu dan bosaى dengan Al-Qur’an ini. Janganlah kamu mendatangi orang-orang saat mereka sedang sibuk berbicara, lalu kamu memotong pembicaraan mereka, sehingga kamu membuat mereka bosan. Sebaliknya, dengarkanlah dengan saksama, dan ketika mereka memerintahkanmu, maka bicaralah kepada mereka saat mereka menginginkannya. Dan jauhilah bersajak ketika berdoa, sebab aku tahu bahwa Rasulullah saw dan para sahabat tidak melakukan hal itu.” (HR. Bukhari).
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 8/7/2025.
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat