Kwik Kian Gie Konsisten Menentang Sistem yang Terlalu Kapitalistik

MediaUmat – Pembina Himpunan Intelektual Muslim Indonesia (HILMI) Prof. Dr.-Ing. Fahmi Amhar menyatakan mendiang Kwik Kian Gie (11 Januari 1935-28 Juli 2025) adalah ekonom yang konsisten menentang sistem ekonomi yang terlalu liberal dan kapitalistik.
“Kwik Kian Gie adalah ekonom yang konsisten menentang sistem ekonomi yang terlalu liberal dan kapitalistik, terutama ketika ia melihat sistem itu menguntungkan segelintir elite bisnis dan merugikan rakyat kecil,” tuturnya kepada media-umat.com, Rabu (30/7/2025).
Menurutnya, ada beberapa poin penting sikap Kwik Kian Gie terkait kapitalisme. Pertama, penentangannya terhadap IMF dan World Bank.
Saat menjabat Menteri Koordinator Ekonomi di era Presiden Gus Dur, Kwik dikenal menolak keras intervensi IMF pasca-krisis 1997/98. Baginya, IMF hanya mendorong privatisasi BUMN dan liberalisasi sektor keuangan yang merugikan Indonesia.
“Dia marah, ketika suatu saat harus bicara di depan rapat kerja bersama DPR, ternyata pidato yang disiapkannya tidak ada. Sebagai gantinya adalah pidato yang lain. Dan kata stafnya, “Sudah tradisi, pidato Menko Ekonomi bersama DPR disiapkan oleh Bank Dunia”.
Ini diceritakannya setelah dia tidak lagi menjabat,” ungkap Fahmi.
Kedua, kritik atas konglomerat dan utang negara. Kwik berani menyuarakan bahwa pemerintah terlalu melindungi konglomerat hitam, bahkan menyebut BLBI sebagai skandal luar biasa.
“Dalam beberapa wawancara, ia menyebut kebijakan ekonomi Indonesia saat itu seperti menjilat ludah IMF sendiri,” kata Fahmi.
Ketiga, pemikir ekonomi kerakyatan. Kwik selalu mendorong ekonomi yang berdiri di atas kekuatan rakyat sendiri, dengan kritik tajam terhadap model ekonomi berbasis utang, impor, dan investasi asing tak terkontrol.
Keempat, penolak omnibus law. Di masa tuanya, ia masih vokal mengkritik kebijakan omnibus law karena dianggap membunuh hak-hak pekerja dan terlalu pro-investor besar. Kwik Kian Gie mengatakan, “Kapitalisme di Indonesia ini sudah terlalu jauh, bahkan lebih liar daripada di negeri asalnya.”
Fahmi melihat Kwik adalah keturunan Tionghoa yang sangat nasionalis. Namun tidak segan mengkritik keras komunitasnya sendiri bila menurutnya keliru. Contoh paling terkenal: “Dasar Cino!” sebagai kritik internal etnis yang dilakukan Kwik terhadap para pengusaha Tionghoa yang tidak peduli pada bangsa, hanya mementingkan kekayaan.
“Dasar Cino! Saya juga Cino, tapi saya tahu mana yang salah dan benar!” ujar Fahmi mengutip pernyataan Kwik.
Ucapan ini, sebut Fahmi, menggambarkan keberanian dan integritas moralnya. Ia tak mau identitas etnis menjadi tameng bagi perilaku yang tak etis dalam bisnis atau politik.
Fahmi juga melihat Kwik dengan gaya hidup sederhana. “Meski pernah menjabat posisi tinggi, ia hidup bersahaja. Rumahnya biasa saja, tidak punya banyak mobil atau harta mencolok. Ini mengokohkan reputasinya sebagai ekonom idealis yang tidak korup,” kata Fahmi.
Terakhir, kata Fahmi, Kwik adalah sosok yang berani mundur dari jabatan. “Ia beberapa kali mengundurkan diri dari posisi menteri atau penasihat bila merasa tidak sejalan secara etis. Baginya, kekuasaan bukan tujuan, prinsip dan kebenaran adalah yang utama,” tandas Fahmi.
Sebelumnya, dikabarkan, Ekonom Indonesia Kwik Kian Gie meninggal dunia pada usia 90 tahun, Senin malam (28/7) di Rumah Sakit (RS) Medistra, Jakarta.[] Achmad Mu’it
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat