Mediaumat.id – Kunjungan para profesional teknologi dan pejabat perdagangan Israel ke Jakarta pada Juli lalu (dan baru terungkap pertengahan Agustus) dalam rangka memperluas hubungan perdagangan dan ekonomi, menurut Direktur Institute Muslimah Negarawan (IMuNe) Dr. Fika Komara, menunjukkan semakin agresifnya penjajah Israel dalam menjalin hubungan diplomatik dengan negeri-negeri Muslim.
“Jika berita kunjungan itu benar, maka ini menunjukkan agresifitas entitas penjajah Israel,” ungkapnya kepada Mediaumat.id, Ahad (21/8/2022).
Fika mengatakan, hal ini sesungguhnya tidak mengejutkan. Karena agenda normalisasi hubungan diplomatik dengan negeri-negeri Muslim untuk memperkuat kerja sama ekonomi dan pertahanan telah lama menjadi garis kebijakan luar negerinya. “Terutama sejak era Donald Trump,” ujarnya.
Ia melihat, di Asia Tenggara, Israel terus tebar pesona. Terutama membidik dua negeri Muslim terbesar yang paling lantang membela Palestina. Bahkan sejak lama entitas Yahudi itu sudah memiliki kedutaan besar di Singapura.
“Di ASEAN, kedutaan besar Israel berada di Myanmar, Thailand, Filipina, Kamboja, Vietnam dan Singapura. Dari enam negara ini yang tidak mengakui kemerdekaan Palestina adalah Singapura dan Myanmar,” bebernya.
Karena itu, kata Fika, Singapura pantas diberi gelar “Yahudi pesek” -istilah dari KH Luthfi Bashori- untuk mereka (orang Indonesia/Malaysia) yang menampakkan permusuhan terhadap perjuangan Muslim Palestina, dan membela mati-matian Yahudi. “Begitu pun Junta Myanmar yang sejak lama mendapat suplai persenjataan dari Yahudi Israel,” tegasnya.
Fika mengungkapkan, di tengah pengkhianatan negara-negara Arab pada Muslim Palestina melalui normalisasi hubungan dengan Israel sejak pertengahan 2020 lalu, dan yang terbaru adalah Turki yang juga sudah berkhianat! Maka sikap tiga negara Muslim di Asia Tenggara, wilayah paling jauh di ujung Timur dunia Islam, masih cukup resisten terhadap Israel.
“Terbukti tahun lalu (Mei 2021) saat krisis Palestina memanas, tiga negara Muslim (Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam) mengeluarkan joint statement mengutuk Israel -yang merupakan tanggapan terkoordinasi pertama dari tiga negara,” ujarnya.
Menurutnya, sikap resisten ini perlu terus dikokohkan, negara Muslim Asia Tenggara harus menolak normalisasi dalam bentuk apa pun dengan negara penjajah Israel.
“Bahkan hingga kadar menolak solusi dua negara yang menjadi kesepakatan internasional selama ini untuk krisis Palestina, karena solusi itu sama saja mengakui eksistensi ‘negara’ entitas Yahudi laknat. Keberadaannya sebagai negara itu bisa tetap bertahan karena dukungan negara-negara Barat serta akan memelihara sistem negara bangsa yang sekuler,” katanya.
Oleh karena itu, ujar Fika, sikap negeri-negeri Muslim Asia Tenggara sudah seharusnya kembali pada Islam. Solusi Islam yang benar dalam pandangan Islam adalah mengerahkan tentara Muslim di Yerusalem dan wilayah Palestina lainnya. Pada saat yang sama, perlu diterapkan solusi jangka panjang yakni pembebasan penuh Palestina yang akan mengakhiri proyek Barat untuk membangun dan mendukung negara zionis.
“Ini membutuhkan pembentukan kembali Khilafah Rasyidah (kekhalifahan yang dipandu dengan benar) berdasarkan metode kenabian untuk mencabut dan memotong dukungan kekuatan Barat pada negara Yahudi,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it