Kunjungan Macron ke Indonesia Membahayakan Umat Islam

MediaUmat Kunjungan Macron ke Indonesia yang menghasilkan kesepakatan kerja sama senilai Rp179 T dinilai membahayakan umat Islam.

“Perjanjian seperti ini berbahaya bagi umat Islam,” tutur Peneliti Forum Analisis dan Kebijakan untuk Transparansi Anggaran (FAKKTA) Muhammad Ishak kepada media-umat.com, Ahad (1/6/2025).

Alasannya, kata Ishak, akan terjadi ketergantungan teknologi dan pasokan  alat-alat militer canggih dan suku cadangnya dari Prancis dalam jangka panjang termasuk perawatan, dan pelatihan dari Prancis.

“Kalau hubungan diplomatik memburuk, pasokan ini bisa terganggu sehingga melemahkan kesiapan militer Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia,” ujarnya.

Selain itu, lanjutnya, ketergantungan pada peralatan militer asing, terutama dari negara Barat seperti Prancis, dapat memperkuat pengaruh politik negara itu kepada Indonesia. Misalnya, Prancis bisa menekan Indonesia dalam isu-isu sensitif seperti kebijakan terkait umat Islam atau konflik di Timur Tengah, dengan ancaman embargo militer.

“Dengan demikian, ketergantungan militer dapat membatasi kebebasan Indonesia untuk mengkritik atau menentang kebijakan Prancis di dunia internasional,” tegas Ishak.

Ia mengingatkan bahwa Prancis memiliki sejarah yang buruk terhadap Islam dan umat Islam, seperti larangan hijab di ruang publik atau pembelaan karikatur Nabi Muhammad pada 2020. Prancis juga merupakan negara yg pernah menjajah dan membantai kaum Muslimin di Timur Tengah dan negara-negara di Afrika seperti Lebanon, Aljazair, Niger dan Senegal.

“Karena itu kesepakatan dengan Prancis sama saja dengan mendukung negara yang telah menghina Islam dan kaum Muslimin,” tandasnya.

Sebelumnya dikabarkan, kunjungan Macron ke Indonesia menghasilkan MOU antara Indonesia-Prancis mencakup pengadaan peralatan militer, seperti jet tempur Rafale, kapal selam Scorpène, dan radar Thales, dengan nilai total perjanjian (termasuk sektor lain) sekitar US$11 miliar atau Rp 179 triliun.

Kesepakatan ini merupakan kelanjutan upaya Prancis untuk memastikan kontrak sebelumnya untuk 42 Rafale pada 2022 yg bernilai US$8,1 miliar, serta kemungkinan tambahan 12 Rafale serta kapal selam.

Kerja sama ini juga mencakup transfer teknologi dan pelatihan militer, tetapi sebagian besar peralatan berasal dari perusahaan Prancis seperti Dassault Aviation, Naval Group, dan Thal.[] Achmad Mu’it

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: